Di Tengah Larangan Kemenkes soal Sufor, Viral Bayi Makan Mi Instan di Aceh Tamiang jadi Sorotan Publik
- Instagram/rindu_majalina
Alasan larangan tersebut bukan karena susu formula dianggap tidak baik, melainkan karena kondisi lingkungan di lokasi bencana tidak mendukung pengolahan susu formula secara higienis.
- Istimewa
Untuk mengatasi kekurangan gizi bayi dan balita di lokasi bencana, Kemenkes telah menurunkan bantuan ke daerah terdampak.
Mereka menugaskan mengawasi dapur umum agar makanan yang disediakan tidak hanya cocok untuk orang dewasa, tetapi juga aman untuk anak-anak dan ibu menyusui.
Kemenkes juga telah menyalurkan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) melalui jalur udara dan darat sejak 28 November untuk menjangkau wilayah-wilayah yang terisolasi akibat banjir besar di Aceh Tamiang dan sekitarnya.
Dokter Tan Shot Yen turut memberikan tanggapan soal pemberian sufor ke bayi yang terdampak bencana banjir.
Dalam kondisi darurat, air bersih sulit didapat, sanitasi buruk, dan fasilitas untuk mensterilkan botol serta dot bayi tidak tersedia.
“Jika diberikan sembarangan, risiko diare berat dan alergi meningkat. Tidak semua bayi cocok dengan sufor, apalagi jika airnya tidak bersih dan botolnya tidak steril. Bayi bukan dewasa mini,” tegas dr. Tan Shot Yen, M.Hum.
Diketahui, membuat susu formula memerlukan air matang yang benar-benar steril, tangan bersih, dan peralatan yang disterilkan.
Namun di area terdampak banjir, air biasanya sudah terkontaminasi lumpur, bakteri, bahkan bahan kimia berbahaya.
Jika susu dibuat dengan air seperti itu, risiko bayi mengalami diare parah, dehidrasi, infeksi saluran cerna, bahkan kematian menjadi sangat tinggi.
Selain itu, susu formula bubuk bukanlah produk steril. Jika disimpan di suhu lembap, takarannya tidak tepat, atau terkontaminasi peralatan yang tidak bersih, maka bakteri dapat berkembang biak dengan cepat dan menyebabkan infeksi gastrointestinal serius. (adk)
Load more