Di Tengah Larangan Kemenkes soal Sufor, Viral Bayi Makan Mi Instan di Aceh Tamiang jadi Sorotan Publik
- Instagram/rindu_majalina
tvOnenews.com - Sebuah video yang memperlihatkan bayi di Aceh Tamiang makan mi instan di tengah kondisi banjir viral di media sosial dan mengundang keprihatinan publik.
Video tersebut menjadi sorotan karena menggambarkan betapa parahnya situasi di lokasi bencana dan minimnya pasokan makanan bergizi, terutama bagi kelompok rentan seperti bayi, balita, ibu hamil, dan lansia.
Melalui unggahan di Instagram, orang tua bayi yang videonya viral memberikan klarifikasi tentang situasi sebenarnya.
Ia menjelaskan bahwa keluarganya telah bertahan selama 12 hari tanpa air bersih, listrik, dan bahan makanan yang layak.
“Alhamdulillah saya dan keluarga sudah keluar dari kota Aceh Tamiang untuk sementara waktu sampai Tamiang benar-benar bisa dihuni manusia lagi. Saya dan anak-anak sudah bertahan hidup tanpa air bersih, listrik, dan sembako yang sangat minim. Badan gatal-gatal, batuk, flu, dan berbagai penyakit mulai muncul," tulisnya di Instagram Stories.
- Instagram/rindu_majalina
Ia juga menegaskan bahwa kondisi di Aceh Tamiang masih sangat darurat dan banyak warga belum tersentuh bantuan secara merata.
“Pemerintah dan masyarakat memang banyak menyalurkan bantuan, tapi faktanya pembagiannya belum merata, terutama bagi bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan lansia. Mereka masih sangat-sangat membutuhkan bantuan,” tulisnya.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah mengeluarkan imbauan tegas agar susu formula (sufor) tidak diberikan secara sembarangan kepada bayi korban bencana.
Direktur Pelayanan Kesehatan Keluarga Kemenkes RI, Lovely Daisy, menjelaskan bahwa dalam kondisi bencana seperti di Aceh dan Sumatera, pemberian sufor justru berisiko tinggi jika dilakukan tanpa pengawasan tenaga medis.
“Kami memang tidak merekomendasikan adanya pemberian susu formula di situasi bencana ini. Pemberian ASI eksklusif tetap yang paling aman bagi bayi di bawah enam bulan,” ujar Lovely.
Ia menambahkan, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Aceh bahkan telah mengeluarkan surat edaran resmi kepada seluruh kabupaten/kota untuk tidak menyalurkan susu formula secara bebas.
Menurut Lovely, distribusi sufor hanya boleh dilakukan jika benar-benar darurat, dan itu pun harus melalui pengawasan Dinas Kesehatan setempat.
Alasan larangan tersebut bukan karena susu formula dianggap tidak baik, melainkan karena kondisi lingkungan di lokasi bencana tidak mendukung pengolahan susu formula secara higienis.
- Istimewa
Untuk mengatasi kekurangan gizi bayi dan balita di lokasi bencana, Kemenkes telah menurunkan bantuan ke daerah terdampak.
Mereka menugaskan mengawasi dapur umum agar makanan yang disediakan tidak hanya cocok untuk orang dewasa, tetapi juga aman untuk anak-anak dan ibu menyusui.
Kemenkes juga telah menyalurkan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) melalui jalur udara dan darat sejak 28 November untuk menjangkau wilayah-wilayah yang terisolasi akibat banjir besar di Aceh Tamiang dan sekitarnya.
Dokter Tan Shot Yen turut memberikan tanggapan soal pemberian sufor ke bayi yang terdampak bencana banjir.
Dalam kondisi darurat, air bersih sulit didapat, sanitasi buruk, dan fasilitas untuk mensterilkan botol serta dot bayi tidak tersedia.
“Jika diberikan sembarangan, risiko diare berat dan alergi meningkat. Tidak semua bayi cocok dengan sufor, apalagi jika airnya tidak bersih dan botolnya tidak steril. Bayi bukan dewasa mini,” tegas dr. Tan Shot Yen, M.Hum.
Diketahui, membuat susu formula memerlukan air matang yang benar-benar steril, tangan bersih, dan peralatan yang disterilkan.
Namun di area terdampak banjir, air biasanya sudah terkontaminasi lumpur, bakteri, bahkan bahan kimia berbahaya.
Jika susu dibuat dengan air seperti itu, risiko bayi mengalami diare parah, dehidrasi, infeksi saluran cerna, bahkan kematian menjadi sangat tinggi.
Selain itu, susu formula bubuk bukanlah produk steril. Jika disimpan di suhu lembap, takarannya tidak tepat, atau terkontaminasi peralatan yang tidak bersih, maka bakteri dapat berkembang biak dengan cepat dan menyebabkan infeksi gastrointestinal serius. (adk)
Load more