Lebih Sehat Susu UHT atau Pasteurisasi? Meski Sama-sama Melalui Proses Pemanasan, Kandungan Gizinya Berbeda!
- tim tvonenews
tvOnenews.com - Banyak orang yang bingung ketika dihadapkan dengan dua pilihan susu di pasaran: susu pasteurisasi yang disimpan di etalase pendingin dan susu UHT (Ultra High Temperature).
Meski keduanya sama-sama berasal dari susu sapi segar, ternyata cara pengolahan dan kandungan gizi di antara keduanya sangat berbeda.
Ketika Anda mencicipi keduanya, rasa susu pasteurisasi cenderung lebih segar, sementara susu UHT memiliki cita rasa yang lebih “matang”.
Hal ini bukan tanpa alasan, karena perbedaan metode pemanasan yang diterapkan pada kedua jenis susu tersebut memengaruhi rasa, tekstur, hingga kandungan gizinya.
Proses Pasteurisasi untuk Menjaga Kelezatan dan Nutrisi
Dalam konteks susu, pasteurisasi dilakukan pada suhu sekitar 72-75°C selama 15-20 detik (disebut metode High Temperature Short Time atau HTST).
Proses ini cukup untuk mematikan bakteri patogen seperti Salmonella, Listeria, dan E. coli, tetapi tidak sampai membunuh semua mikroorganisme alami yang ada di dalam susu.
Setelah proses pemanasan selesai, susu segera didinginkan hingga suhu 4-8°C untuk mencegah pertumbuhan bakteri baru.
Karena itu, susu pasteurisasi wajib disimpan di lemari pendingin agar tidak cepat rusak. Umur simpannya hanya sekitar 5-7 hari setelah kemasan dibuka.
Selain lebih segar, susu pasteurisasi juga mempertahankan sebagian besar protein, vitamin B kompleks, dan kalsium karena pemanasannya tidak terlalu ekstrem. Namun, karena tidak sepenuhnya steril, susu jenis ini tetap memiliki masa kedaluwarsa yang lebih pendek.
Proses UHT Lebih Tahan Lama tapi Gizi Berkurang
Berbeda dengan pasteurisasi, susu UHT diproses dengan suhu ultra tinggi, sekitar 135-145°C selama 2-4 detik.
Tujuan dari metode ini adalah untuk mensterilkan susu secara total, membunuh semua bakteri dan enzim yang bisa menyebabkan susu cepat rusak.
Karena steril, susu UHT bisa bertahan hingga 6 bulan bahkan 1 tahun dalam kemasan tertutup tanpa perlu disimpan di kulkas. Inilah sebabnya susu UHT biasanya dijual di rak biasa, bukan di etalase pendingin.
Namun, proses pemanasan yang sangat tinggi ini berdampak pada perubahan struktur protein dan penurunan kadar vitamin tertentu.
Berdasarkan penelitian dalam Korean Journal for Food Science of Animal Resources, suhu ekstrem pada proses UHT menyebabkan denaturasi protein, yaitu kondisi di mana struktur protein terurai dan sebagian nutrisinya hilang.
Selain itu, studi dari Journal of the Medical Association of Thailand menunjukkan bahwa susu UHT memiliki kadar vitamin B1 (tiamin) dan vitamin C yang lebih rendah dibandingkan susu pasteurisasi.
Meski begitu, keunggulan susu UHT terletak pada kepraktisan dan daya tahannya yang panjang, terutama untuk kebutuhan distribusi jarak jauh atau konsumsi harian di luar rumah.
Secara umum, keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Susu pasteurisasi lebih unggul dalam menjaga kesegaran dan kandungan gizi, sementara susu UHT lebih praktis dan tahan lama.
Susu pasteurisasi cocok untuk Anda yang ingin mendapatkan cita rasa alami susu segar dan nilai nutrisi maksimal, asal bisa dikonsumsi dalam waktu singkat.
Sedangkan susu UHT lebih cocok untuk yang mencari kepraktisan tanpa perlu repot menyimpannya di lemari pendingin.
Meski kandungan nutrisi susu UHT sedikit berkurang akibat suhu tinggi, susu ini tetap mengandung kalsium, protein, dan mineral penting yang bermanfaat bagi tubuh.
Tidak ada tambahan bahan pengawet dalam proses pembuatan susu UHT, ketahanannya murni karena proses sterilisasi suhu tinggi dan kemasan kedap udara yang mencegah masuknya mikroba baru. (adk)
Load more