Jakarta, tvOnenews.com - Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar (PB) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Moh. Adib Khumaidi mengungkapkan bahwa kasus diabetes melitus (DM) menjadi salah satu penyakit yang membebani pembiayaan kesehatan di Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
"Jadi kalau kasus-kasus yang penyakit yang di BPJS [Kesehatan], yang kemudian membebani pembiayaan kesehatan, salah satunya adalah diabetes, di antara penyakit cancer (kanker), kardiovaskuler, dan juga yang berkaitan dengan penyakit gagal ginjal kronis," tutur Adib, sebagaimana dalam keterangannya yang dipantau tim tvOnenews.com via zoom dalam media briefing terkait "Bagaimana Menangani dan Mengatasi Diabetes di Indonesia?", Senin (13/11/2023).
“Serta bagaimana meresponsnya,” sarannya.
Selain itu, Adib juga menyebut PB IDI membutuhkan dukungan media serta kelompok masyarakat untuk melakukan upaya preventif promotif terkait dengan masalah diabetes.
"Terkait dengan analisa biaya penyakit diabetes melitus yang sudah menjadi sebuah penyakit katastropik yang mohon maaf mungkin ya bisa dikatakan membebani pembiayaan kesehatan," ucap Adib.
Kemudian Adib menyebut bahwa salah satu faktor resiko DM adalah keturunan.
Menurut Adib, jika masyarakat dapat mengenali faktor risiko dari diabetes, maka mereka akan makin sadar.
"Kalau masyarakatnya semakin aware, maka apakah nanti dalam suatu upaya merubah lifestyle (gaya hidup), nah ini menjadi sangat penting gitu. Semua sekarang bisa berpotensi berisiko, apalagi kalau kemudian akhirnya sudah masuk di dalam sebuah penyakit dan bahkan ke arah komplikasi-komplikasi yang bisa terjadi karena diabetes," ujar dia.
"Ini adalah sebuah kerugian yang sangat besar bagi masyarakat itu sendiri, bagi kita sendiri, maupun bagi negara. Karena tentunya akan bisa membebani pembiayaan kesehatan negara," tambah Adib.
Adib menyarankan, agar Indonesia tidak hanya mengonsentrasikan sebuah kesehatan di aspek kuratifnya saja atau di hilirnya saja.
“Contohnya, jika Indonesia membuat alat-alat canggih pun di hilir, tentu tidak akan bisa menyelesaikan problematika di hulu,” jelasnya.
Menurut Adib, problematika di hulu akan bisa selesai jika ada kolaborasi.
“Kolaborasi dari profesi kedokteran dan kesehatan, masyarakat, akademisi, dan pihak-pihak swasta,” katanya.
"Seperti yang pernah kita lakukan dengan pentahelix, di saat kita menyelesaikan covid. Inilah yang menjadi sangat penting, sehingga upaya hari ini adalah mengenali, mendeteksi dini, dan memberikan respon kita, mengenali respon kita, maka itu dalam suatu upaya untuk preventif promotif kita kepada masyarakat," tandas dia menambahkan. (fnm)
Load more