Cegah Anak Susah Fokus & Lambat Belajar, Orang Tua Wajib Waspada Bahaya Kekurangan Zat Besi
- Freepik
Jakarta, tvOnenews.com – Saat musim sekolah tiba, banyak orang tua berfokus pada perlengkapan belajar anak: seragam baru, alat tulis, hingga bekal makanan. Namun, yang sering luput dari perhatian adalah kesiapan belajar dari sisi kesehatan anak, terutama kecukupan zat besi yang sangat penting bagi kemampuan berpikir dan fokus mereka.
Kekurangan zat besi bisa jadi alasan di balik anak yang tampak lelah, susah berkonsentrasi, dan tertinggal dalam pelajaran. Sebuah penelitian menyebutkan, 4 dari 10 anak yang kesulitan fokus mengalami hambatan akademik. Mereka cenderung kesulitan dalam membaca, menulis, berhitung (Calistung), dan mengikuti arahan guru.
Seorang guru TK di Jakarta, Miftah Farid, S.Pd, mengaku prihatin ketika mengetahui bahwa lebih dari 40% anak SMP di Bali belum hafal abjad. “Padahal kemampuan itu seharusnya sudah dikuasai sejak dini. Dalam pengalaman saya, anak yang susah fokus sering kesulitan menangkap pelajaran dasar seperti mengenal huruf. Itu bukan karena mereka malas, bisa jadi karena kondisi fisik mereka, seperti kekurangan zat besi,” jelas Miftah.
Zat besi memegang peranan penting dalam perkembangan kognitif anak. Kekurangannya dapat menyebabkan gangguan belajar, keterlambatan bicara, bahkan menurunnya kemampuan psikomotorik. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan menyatakan ada bukti kuat bahwa kekurangan zat besi bisa mengganggu fungsi otak anak usia sekolah.
Sayangnya, data menunjukkan 30% anak Indonesia berisiko kekurangan zat besi karena pola makan yang tidak seimbang. Terutama anak-anak prasekolah yang belum banyak mengonsumsi makanan tinggi zat besi seperti daging, hati, atau sayuran hijau.
Siti Alifah Faiz, S.Pd, guru TK lainnya, mengingatkan pentingnya sinergi antara orang tua dan pendidik. “Orang tua harus peka. Anak yang tampak mudah lelah, pucat, dan tidak fokus bisa jadi sedang kekurangan zat besi. Tidak cukup hanya stimulasi otak saja, nutrisinya juga harus terpenuhi,” ujarnya.
Orang tua perlu memahami bahwa sumber zat besi terbaik berasal dari hewani seperti daging sapi, hati, ayam, ikan, dan telur. Zat besi dari sumber hewani lebih mudah diserap tubuh dibandingkan dari sayuran. Selain itu, kombinasi dengan vitamin C dari buah seperti jeruk dan tomat dapat membantu penyerapan zat besi secara optimal.
Setelah pemahaman itu tumbuh, baru kemudian langkah konkret dapat dilakukan dengan memberikan makanan dan minuman yang telah difortifikasi dengan zat besi dan vitamin C, sebagai bagian dari ikhtiar mempersiapkan anak menjadi pembelajar yang siap bersaing di sekolah.
Menanggapi pentingnya isu ini, Anggi Morika Septie, Head of Brand SGM Eksplor, menjelaskan bahwa edukasi orang tua soal kecukupan zat besi sangat krusial. “Kami memahami bahwa pemenuhan zat besi sangat dibutuhkan agar si Kecil siap belajar di sekolah. Oleh karena itu, kami menghadirkan inovasi nutrisi dengan kombinasi unik zat besi dan vitamin C, serta dilengkapi DHA dan omega untuk mendukung kecerdasan anak,” ujarnya.
Produk susu pertumbuhan dari SGM Eksplor yang diformulasikan dengan kombinasi zat besi dan vitamin C ini dirancang untuk membantu penyerapan zat besi lebih optimal. Kandungan tambahan seperti DHA, minyak ikan tuna, serta Omega 3 dan 6 juga mendukung perkembangan otak dan tumbuh kembang anak usia prasekolah.
Sebagai langkah preventif, orang tua juga dapat memanfaatkan Kalkulator Zat Besi, sebuah alat bantu non-medis yang dikembangkan untuk mendeteksi potensi kekurangan zat besi pada anak dalam waktu kurang dari 3 menit. Alat ini bisa diakses secara daring dan digunakan mandiri sebagai screening awal sebelum berkonsultasi ke tenaga medis.
Untuk memperluas edukasi, disediakan pula layanan Sahabat Bunda Generasi Maju, sebuah platform pendampingan gizi setiap hari dan bekerja sama dengan ahli nutrisi.
Melalui langkah-langkah ini, diharapkan orang tua semakin sadar akan pentingnya peran zat besi dalam mendukung anak-anak tumbuh sehat, cerdas, dan siap menghadapi masa depan bersama SGM Eksplor
Load more