Lampung Jadi Model Transmigrasi Nasional, Wamentrans Viva Yoga: Dulu Jadi Tujuan, Sekarang Daerah Asal Transmigran
- Kementrans
Jakarta, tvOnenews.com - Wakil Menteri Transmigrasi Viva Yoga Mauladi menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Provinsi Lampung yang menjadi tuan rumah kegiatan pelepasan calon transmigran. Acara tersebut berlangsung pada 16 Desember 2025 di Ballroom Balai Keratun, Kantor Gubernur Lampung.
Dalam kesempatan itu, sebanyak 45 kepala keluarga atau 159 jiwa diberangkatkan menuju kawasan transmigrasi Torire di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, serta Taramanu Tua di Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat.
Para calon transmigran yang diberangkatkan ke Pulau Sulawesi tidak hanya berasal dari Lampung. Peserta juga datang dari Provinsi Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Barat. Dari Lampung tercatat 10 kepala keluarga atau 33 jiwa, Banten 15 kepala keluarga atau 27 jiwa, Jakarta 5 kepala keluarga atau 25 jiwa, serta Jawa Barat 15 kepala keluarga atau 43 jiwa.
Pelepasan calon transmigran tidak hanya dilakukan di Bandar Lampung. Secara daring, kegiatan serupa juga dilaksanakan untuk calon transmigran dari Jawa Tengah sebanyak 19 kepala keluarga atau 73 jiwa serta dari Jawa Timur 16 kepala keluarga atau 55 jiwa.
Wamentrans Viva Yoga menjelaskan pemilihan Lampung sebagai lokasi pelepasan memiliki makna historis. Provinsi paling selatan di Sumatera ini dinilai memiliki rekam jejak keberhasilan program transmigrasi. “Dulu Lampung adalah tujuan transmigrasi, sekarang menjadi asal transmigran”, ujarnya.
Perubahan peran tersebut, kata Viva Yoga, mencerminkan kemajuan pembangunan di Lampung. Program transmigrasi dinilai berhasil mendorong tumbuhnya pusat-pusat ekonomi baru. Wilayah yang sebelumnya kosong kini berkembang menjadi kawasan dengan aktivitas ekonomi, sosial, dan budaya yang beragam.
Ia menegaskan bahwa transmigrasi merupakan bagian dari dinamika pembangunan nasional. “Dinamika yang membuat pembangunan terus bergerak dan berkembang sesuai kemajuan jaman”, ujarnya.
Viva Yoga juga mengulas sejarah panjang transmigrasi di Lampung yang telah dimulai sejak 1905 pada masa kolonial Belanda. Saat itu, sebanyak 155 orang dari wilayah Kedu, Jawa Tengah, dipindahkan ke Gedong Tataan untuk bekerja di sektor perkebunan. Program tersebut kemudian dilanjutkan pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, Presiden Soeharto, hingga pemerintahan setelahnya. “Transmigrasi pertama pada masa Presiden Sukarno pada tahun 1950 lokasi tujuan juga di Lampung”, ujar Viva Yoga. “Dari sejarah ini Lampung bagian penting dari sejarah transmigrasi”, tambahnya.
Memasuki era pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, menurut Viva Yoga, transmigrasi dijalankan dengan pendekatan baru. Program ini tidak lagi sekadar memindahkan penduduk, tetapi difokuskan pada peningkatan kesejahteraan dan pendapatan transmigran serta masyarakat di kawasan transmigrasi.
Transmigrasi disebut sebagai wujud kehadiran negara di tengah masyarakat. Pemerintah memberikan lahan seluas 1 hingga 2 hektare, jaminan hidup selama satu tahun, serta pendampingan dan pemantauan hingga lima tahun. Skema tersebut diharapkan mampu menekan angka kemiskinan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat. “Program transmigrasi merupakan turunan dari Asta Cita Presiden Prabowo yakni membangun dari desa dan dari bawah untuk pemerataan ekonomi dan pemberantasan kemiskinan”, tuturnya.
Keberhasilan program ini mendorong minat banyak daerah untuk menjadi kawasan transmigrasi. Viva Yoga mengungkapkan, hingga saat ini terdapat sekitar 50 bupati yang mengajukan wilayahnya untuk dikembangkan sebagai lokasi transmigrasi.
Dukungan tidak hanya datang dari pemerintah daerah, tetapi juga dari masyarakat setempat. Di Kabupaten Konawe Utara, misalnya, warga menyediakan lahan seluas 1.000 hektare untuk transmigran. “Di Konawe Utara, masyarakat di sana menyediakan lahan 1000 Ha untuk para transmigran”, ujarnya. “Di Kabupaten Manokwari, ada kepala suku menghibahkan tanahnya untuk transmigran”, tambahnya.
Kondisi tersebut menunjukkan harmonisasi antara pendatang dan masyarakat lokal berjalan dengan baik tanpa konflik sosial yang berarti.
Antusiasme terhadap program transmigrasi juga terlihat dari para calon peserta. Mursalim, calon transmigran asal Lampung, mengaku mengikuti program ini dengan harapan dapat memperbaiki taraf hidupnya. “Untuk itu saya siap lahir dan batin untuk diberangatkan", ujarnya kepada Viva Yoga saat sesi sambung rasa. (rpi)
Load more