Saham BBCA Menguat, Buyback Rp5 Triliun Jadi Sinyal Percaya Diri Manajemen
- Istimewa
Jakarta, tvOnenews.com – Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) kembali mencatat penguatan hari ini seiring sentimen positif dari rencana buyback jumbo senilai Rp5 triliun dan laporan kinerja keuangan yang tetap solid hingga September 2025.
Rekomendasi saham BBCA masih dipertahankan di level “buy” dengan target harga Rp11.600 per saham, atau berpotensi naik hingga 47% dibanding harga perdagangan kemarin, Senin (20/10), yang ditutup di level Rp7.875.
Rencana Buyback Rp5 Triliun
Mengutip riset Ciptadana Sekuritas Asia (21/10), BBCA akan melaksanakan program buyback senilai Rp5 triliun, berlaku untuk saham dengan harga Rp9.200 atau lebih rendah. Aksi korporasi ini berlangsung selama tiga bulan, mulai 22 Oktober 2025 hingga 19 Januari 2026.
Tujuan program ini adalah menjaga stabilitas harga saham BBCA di tengah volatilitas pasar. Nilai buyback tersebut setara sekitar 5,2% dari kapitalisasi pasar berdasarkan harga penutupan terakhir—lebih besar dari program buyback sebelumnya pada Maret 2025 yang hanya senilai Rp1 triliun.
Langkah ini disebut sebagai bentuk meningkatnya kepercayaan manajemen terhadap fundamental dan prospek bisnis bank swasta terbesar di Indonesia itu.
“Program buyback senilai Rp5 triliun menunjukkan optimisme manajemen terhadap kinerja jangka panjang BBCA dan diharapkan memberi dukungan kuat bagi pergerakan saham,” tulis Ciptadana Sekuritas dalam risetnya.
Kinerja Keuangan Tetap Solid
Di sisi fundamental, BBCA juga melaporkan laba bersih naik 5,7% secara tahunan (YoY) menjadi Rp43,4 triliun sepanjang Januari–September 2025, sesuai ekspektasi pasar.
Secara kuartalan, laba BBCA di kuartal III 2025 tercatat Rp14,4 triliun, turun tipis 3% dari kuartal sebelumnya namun tetap naik 1% YoY.
Kenaikan biaya kredit menjadi 0,6% di kuartal III (dari 0,4% di kuartal II) dan beban pencadangan yang melonjak 54% secara kuartal tidak banyak mengganggu kinerja keseluruhan. Hal ini disebabkan adanya pencadangan antisipatif terhadap risiko kredit di segmen konsumer dan wholesale.
Meski pertumbuhan kredit melambat menjadi 7,6% YoY, margin bunga bersih (NIM) tetap tangguh di 6,3%, menandakan efisiensi pengelolaan pendanaan masih terjaga.
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) juga tetap solid, naik 7% YoY, ditopang peningkatan kuat pada giro yang tumbuh 15%.
Load more