Impor RI Tembus US$155,9 Miliar, Mesin dan Kapal Jadi Pendorong Utama, Barang Konsumsi Turun
- Antara
Jakarta, tvOnenews.com - Nilai impor Indonesia di sepanjang Januari-Agustus 2025 naik 2,05 persen secara year-on-year (yoy) mencapai US$155,99 miliar.
Badan Pusat Statistik (BPS) melalui Deputi Bidang Statistik Produksi, M. Habibullah melaporkan, nilai itu mencakup impor migas sebesar US$21,11 miliar atau turun 12,82 persen, dan nilai ekspor non-migas sebesar US$134,88 miliar atau naik 4,85 persen.
Habibullah menekankan, secara penggunaan, total kumulatif peningkatan nilai impor pada periode tersebut terjadi pada barang modal, yang menjadi penyumbang utama peningkatan nilai impor Indonesia.
"Total nilai impor barang modal tercatat sebesar US$31,32 miliar, atau naik 17,94 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu dengan andil peningkatan sebesar 3,12 persen," kata Habibullah dalam konferensi pers Berita Resmi Statistik, Rabu (1/10/2025).
Dia menegaskan, komoditas impor barang modal yang naik signifikan, antara lain terjadi pada komoditas mesin perlengkapan elektrik dan bagiannya, kapal perahu dan struktur terapung, serta kendaraan udara dan bagiannya.
Sementara impor bahan baku penolong tercatat turun 1,09 persen menjadi US$110,57 miliar, seiring impor barang konsumsi yang juga anjlok 2,85 persen menjadi US$14,09 miliar.
Dari segi asal negara impor, BPS mencatat bahwa peningkatan nilai impor terjadi dari negara seperti Tiongkok, Jepang, dan Amerika Serikat (AS). Namun, impor dari negara ASEAN dan Uni Eropa justru tercatat mengalami penurunan.
Sementara secara tahunan alias year-on-year (yoy), total nilai impor bulan Agustus 2025 tercatat mencapai US$19,47 miliar atau turun 6,56 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Dimana nilai impor migas tercatat sebesar US$2,73 miliar atau naik 3,17 persen (yoy), dan impor non-migas sebesar US$16,74 miliar atau turun 7,98 persen.
"Penurunan nilai impor secara tahunan ini antara lain didorong oleh penurunan impor non-migas, dengan andil penurunan sebesar 6,97 persen," ujarnya. (rpi)
VIVA/Mohammad Yudha Prasetya
Load more