Rupiah Menguat Rp16.451 per Dolar AS, Didorong Data Inflasi Produsen AS yang Lebih Rendah dari Ekspektasi
- pixabay
Jakarta, tvOnenews.com – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan Kamis (11/9/2025) pagi. Sentimen utama datang dari rilis data inflasi produsen AS yang lebih rendah dari perkiraan pasar, sehingga mendorong pelemahan indeks dolar.
Analis Bank Woori Saudara, Rully Nova, menjelaskan rupiah berpotensi berada di kisaran Rp16.400–Rp16.500 per dolar AS sepanjang hari ini.
“Rupiah pada perdagangan hari ini diperkirakan menguat dipengaruhi faktor global melemahnya indeks dolar, sehubungan dengan data inflasi dari sisi produsen yang lebih rendah dari ekspektasi,” kata Rully kepada ANTARA di Jakarta, Kamis.
Inflasi Produsen AS Turun
Mengutip data dari Xinhua, Producer Price Index (PPI) AS pada Agustus 2025 tercatat menurun 0,1 persen, berbanding jauh dengan ekspektasi pasar yang memperkirakan kenaikan 0,3 persen.
Begitu juga dengan PPI inti, yang tidak memasukkan harga pangan dan energi, ikut menurun 0,1 persen, padahal proyeksi semula adalah kenaikan 0,3 persen.
Hasil ini memperkuat ekspektasi pasar bahwa The Federal Reserve (The Fed) akan segera menurunkan suku bunga acuannya dalam rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pekan depan.
Dampak Kebijakan Tarif Trump
Rully menilai rendahnya inflasi produsen menunjukkan kebijakan tarif yang diterapkan Presiden AS Donald Trump tidak berpengaruh signifikan terhadap harga barang dan jasa di dalam negeri.
“Inflasi sisi produsen AS yang rendah mengindikasikan bahwa kebijakan tarif Trump tidak berdampak terhadap harga-harga penjualan barang & jasa AS. Tingkat kompetisi yang sangat ketat membuat produsen tidak berani menaikkan harga, sehingga mereka lebih memilih mengurangi margin keuntungan dan meningkatkan efisiensi lewat teknologi,” jelasnya.
Prospek Jangka Menengah dan Panjang
Lebih lanjut, Rully menyebutkan dalam jangka menengah hingga panjang, nilai tukar rupiah akan kembali mengikuti fundamental ekonomi. Dengan pelemahan dolar AS yang sudah mencapai sekitar 10 persen dari level terkuatnya akibat isu tarif, rupiah berpeluang menguat lebih dari 10 persen.
“Dengan dolar AS yang sudah melemah 10 persen sejak level terkuatnya karena isu tarif, seharusnya dalam jangka menengah-panjang rupiah bisa menguat lebih dari 10 persen, kembali ke level Rp15 ribuan,” tambahnya.
Data Terbaru Kurs Rupiah
Pada pembukaan perdagangan Kamis (11/9), rupiah dibuka menguat 19 poin atau 0,12 persen menjadi Rp16.451 per dolar AS, dibandingkan posisi sebelumnya di Rp16.470 per dolar AS.
Penguatan rupiah ini sejalan dengan tren pelemahan indeks dolar global, serta meningkatnya ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter The Fed.
Jika tren ini berlanjut, rupiah diperkirakan berpotensi mencatatkan penguatan lebih konsisten dalam beberapa pekan mendatang, dengan catatan stabilitas ekonomi domestik tetap terjaga. (ant/nsp)
Load more