Harga Nikel Anjlok Gegara Perang Iran-Israel, Sri Mulyani: Penerimaan Negara Bisa Terdampak
- Kemenkeu
Jakarta, tvOnenews.com - Harga nikel dunia anjlok tajam akibat sentimen geopolitik, terutama akibat memanasnya konflik antara Iran dan Israel.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, harga nikel pada Juni 2025 turun hingga 4 persen secara bulanan (month-to-month/mtm) dan berada di level US$15.128 per ton per 13 Juni 2025.
“Ini menggambarkan salah satu komoditas kontributor ekspor kita di nikel itu juga akan mengalami penurunan dari sisi kontribusi perpajakannya,” ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa, di Kantor Kemenkeu, Jakarta Pusat, Selasa (17/6/2025).
Secara tahunan, harga nikel juga melemah 12 persen year-on-year (yoy) dan turun 1,3 persen year-to-date (ytd). Menurut Sri Mulyani, pelemahan harga nikel ini dapat berdampak pada penurunan penerimaan negara, terutama dari sisi perpajakan ekspor.
Ia menekankan, nikel merupakan komoditas logam yang tidak hanya dipengaruhi oleh mekanisme pasar seperti supply dan demand, tetapi juga sangat rentan terhadap gejolak ekonomi dan politik global.
“Inilah yang harus kita waspada karena penerimaan negara kita juga nanti akan dipengaruhi oleh hal-hal yang tidak sepenuhnya dalam kontrol kita seperti geopolitik maupun perekonomian dunia,” kata Sri Mulyani.
Berbeda dengan nikel, komoditas logam lain seperti tembaga justru menunjukkan performa positif. Dalam laporan APBN KiTa edisi Juni 2025, harga tembaga tercatat naik 0,5 persen secara bulanan dan 3 persen secara tahunan, dengan posisi berada di US$9.645 per ton.
“Untuk tembaga agak sedikit lebih baik, ini terutama karena komoditas ini dipakai oleh di dalam teknologi digital nanti untuk AI dan lainnya, makanya tembaga masih relatif survive, year-to-date-nya sudah terjadi kenaikan 10 persen,” ungkapnya. (agr/rpi)
Load more