Ring of Fire, Ring of Hope: Indonesia Re Pimpin Dialog Nasional Ketahanan Risiko
- Istimewa
Jakarta, tvOnenews.com — Indonesia Re menggelar acara Sustainability Dialogue 2025 sebagai langkah nyata mendukung pembangunan berkelanjutan dan memperkuat perlindungan terhadap risiko bencana. Acara ini menjadi forum penting yang mempertemukan pemerintah, pelaku industri, dan pemangku kepentingan lainnya untuk berdiskusi tentang upaya kolaboratif dalam menghadapi tantangan risiko di Indonesia.
Direktur Utama Indonesia Re, Benny Waworuntu, dalam sambutannya menyoroti pentingnya kerja sama dalam mitigasi risiko, terutama karena Indonesia berada di jalur Ring of Fire—wilayah rawan bencana alam seperti gempa bumi dan letusan gunung api.
“Indonesia kaya akan sumber daya, tapi juga menyimpan risiko besar. Kita tidak bisa mengabaikannya,” ujar Benny.
Dorong Skema DRFI dan Asuransi Parametrik
Benny menjelaskan bahwa Kementerian Keuangan sudah mengembangkan strategi pembiayaan dan asuransi risiko bencana atau Disaster Risk Financing and Insurance (DRFI). Tujuannya agar negara tidak sepenuhnya bergantung pada APBN saat terjadi bencana.
“Kita butuh peran serta swasta melalui skema Public-Private Partnership,” kata Benny. Ia menegaskan, asuransi parametrik adalah contoh solusi inovatif untuk merespons bencana secara lebih cepat dan efisien.
Riset dan Data Jadi Dasar Pengambilan Keputusan
Dalam pidatonya, Benny juga menekankan bahwa penanganan risiko bencana harus berbasis data dan riset. Ia menyebutkan bahwa Indonesia Re sudah lama terlibat dalam pengumpulan data industri asuransi, termasuk lewat pendirian Badan Pusat Pengelolaan Data Asuransi Nasional sejak 1992. Kini, Indonesia Re memiliki Indonesia Re Institute, lembaga khusus untuk riset dan pelatihan di bidang asuransi dan mitigasi risiko.
“Kita harus membangun industri ini dengan ilmu dan data, bukan hanya berdasarkan hubungan bisnis,” tegasnya.
Ajakan Kolaborasi Hadapi Masa Depan
Menutup sambutannya, Benny mengajak semua pihak—pemerintah, pelaku usaha, akademisi, dan masyarakat—untuk bergotong royong menghadapi risiko masa depan.
“Mitigasi risiko bukan hanya urusan pemerintah. Ini tanggung jawab kita bersama. Dengan literasi dan inklusi yang baik, kita bisa memperkuat industri asuransi nasional,” pungkasnya.
Acara ini dihadiri oleh berbagai tokoh dari kementerian, regulator, pelaku industri asuransi dan reasuransi, serta organisasi terkait, dan diharapkan mampu melahirkan solusi nyata untuk memperkuat ketahanan Indonesia terhadap bencana. (nsp)
Load more