Boeing 737 MAX Gagal Mendarat di China: Sinyal Keras Perang Dagang yang Kian Memanas
- Boeing
Jakarta, tvOnenews.com – Sebuah pesawat Boeing 737 MAX yang sebelumnya dialokasikan untuk maskapai Tiongkok terlihat kembali ke Amerika Serikat. Langkah ini menjadi simbol terbaru memburuknya hubungan dagang antara dua ekonomi terbesar dunia.
Melansir dari Reuters, pesawat tersebut awalnya dikirim dari Seattle ke pusat penyelesaian Boeing di Zhoushan, China, tempat di mana interior dipasang dan pengecatan dilakukan sebelum diserahkan ke pelanggan. Namun, alih-alih diserahterimakan, pesawat justru lepas landas dari Zhoushan dan mendarat di Guam sebelum akhirnya kembali ke Seattle.
Langkah ini menandai potensi terhambatnya proses pengiriman akibat krisis tarif yang dipicu kebijakan Presiden AS saat ini, melanjutkan eskalasi dagang yang telah berlangsung sejak era Trump.
Ketidakpastian di Pusat Produksi Zhoushan
Pusat penyelesaian Zhoushan merupakan bagian dari strategi Boeing untuk memperkuat pijakan di pasar penerbangan Asia. Dibuka pada 2018, fasilitas ini sempat diharapkan menjadi simbol kerja sama ekonomi, namun kini justru menjadi titik ketegangan.
Hingga kini, belum ada pernyataan resmi dari otoritas Tiongkok mengenai larangan masuknya pesawat Boeing. Namun, analis menilai tarif balasan yang diberlakukan Beijing cukup untuk membuat maskapai berpikir ulang, tanpa perlu larangan eksplisit.
"Situasinya sangat cair. Banyak maskapai yang kini memilih menunda pengambilan pesawat karena ketidakpastian tarif dan potensi biaya tambahan," ujar seorang sumber dari industri penerbangan.
Satu Pesawat, Banyak Isyarat
Pesawat yang kembali tersebut diketahui telah dilabur livery Xiamen Airlines, anak usaha dari China Southern Airlines. Foto-fotonya sempat beredar di forum aviasi sebelum akhirnya dipastikan bahwa unit tersebut tidak jadi diserahterimakan.
Menurut data Boeing, saat ini terdapat sekitar 130 pesanan aktif dari maskapai Tiongkok, sementara ratusan pesanan lainnya belum diumumkan secara resmi. Banyak yang memperkirakan sebagian besar dari pesanan tersebut berasal dari pembeli di Tiongkok.
Seorang eksekutif maskapai menyebutkan bahwa penyimpanan pesawat di wilayah bebas bea sempat dipertimbangkan agar tidak terkena tarif impor. Namun, solusi itu tampaknya tidak cukup menjamin kelanjutan transaksi.
Boeing dan Awan Ketidakpastian
Kondisi ini terjadi di tengah usaha Boeing untuk bangkit dari krisis global 737 MAX dan dampak pandemi. Dengan pasar Tiongkok menyumbang sekitar 25% dari total pengiriman Boeing sebelum pandemi, tertundanya pengiriman bisa berdampak signifikan bagi strategi jangka panjang perusahaan.
Meski demikian, analis menilai gangguan ini belum akan berdampak fatal dalam jangka pendek karena pesawat yang seharusnya dikirim ke Tiongkok dapat dialihkan ke negara lain.
Sementara itu, Airbus yang menjadi kompetitor utama Boeing justru menghadapi keterbatasan kapasitas produksi sehingga tidak serta-merta bisa mengisi kekosongan pasar yang ditinggalkan Boeing.
Tarik Ulur Kepentingan Geopolitik
Langkah Beijing yang diduga meminta maskapai lokal menghentikan pembelian suku cadang pesawat buatan AS semakin mempertegas dimensi geopolitik dari kasus ini. Walau belum ada instruksi resmi, sejumlah bengkel perawatan di China menyebut masih bisa mengimpor suku cadang seperti biasa.
Pihak Boeing hingga saat ini belum mengeluarkan pernyataan resmi. Begitu juga dengan Kementerian Luar Negeri China yang memilih tidak memberikan komentar dan menyarankan merujuk ke otoritas terkait.
Dengan hubungan dagang yang terus memanas, industri penerbangan dunia kini memasuki fase penuh ketidakpastian. Satu pesawat yang kembali ke Seattle bisa jadi bukan yang terakhir — melainkan awal dari gelombang baru perselisihan ekonomi antara dua raksasa global. (reu/nsp)
Load more