Jakarta, tvOnenews.com – Pemerintah Indonesia memilih strategi negosiasi daripada retaliasi dalam menanggapi kebijakan tarif impor Presiden AS, yang dinilai sebagai sinyal kuat bahwa Indonesia tetap terbuka bagi investasi global.
“Pilihan untuk negosiasi, bukan balas dendam tarif, menunjukkan Indonesia menjaga stabilitas jangka panjang dan keterbukaan terhadap investasi,” ujarnya di Jakarta, Rabu (9/4).
Pemerintah tengah menyusun serangkaian proposal negosiasi yang akan dibawa ke Washington D.C., dalam upaya meredam dampak kebijakan tarif resiprokal dari AS. Beberapa strategi kunci yang disiapkan antara lain:
Revitalisasi TIFA (Trade and Investment Framework Agreement) sebagai dasar perundingan perdagangan dan investasi.
Deregulasi Non-Tariff Measures, termasuk relaksasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) di sektor teknologi informasi dan komunikasi (ICT).
Evaluasi larangan dan pembatasan (lartas) terhadap ekspor-impor barang AS.
Peningkatan impor produk agrikultur dan energi dari AS sebagai bentuk goodwill diplomasi dagang.
Pemberian insentif fiskal dan non-fiskal seperti pengurangan bea masuk, PPh impor, dan PPN impor, untuk menjaga daya saing ekspor nasional.
“Langkah seperti pembelian migas dari AS bukan hanya strategi dagang, tapi juga pendekatan diplomasi energi,” tambah Hendra.
Load more