Reshuffle Pertama hingga Pergantian Menteri Dikti Saintek, Pesan Keras dari Prabowo ke Kabinet
- Antara
Jakarta, tvOnenews.com – Presiden terpilih Prabowo Subianto buka suara soal arah reformasi birokrasi dan reshuffle kabinet yang jadi sorotan publik. Dalam sebuah pernyataan terbuka, Prabowo menegaskan bahwa dirinya tidak segan-segan mengganti pejabat yang dianggap menghambat kerja tim, termasuk di jajaran menteri.
Pernyataan itu kian menarik perhatian, terutama setelah dicopotnya Menteri Pendidikan Tinggi dan Sains-Teknologi (Dikti Saintek), Satryo Soemantri Brodjonegoro, beberapa waktu lalu.
Satryo, yang dikenal sebagai akademisi dan mantan pejabat di berbagai institusi riset, digantikan tanpa penjelasan panjang dari pemerintah. Fakta pencopotan ini memicu spekulasi bahwa langkah tersebut merupakan bagian dari komitmen Prabowo untuk membentuk kabinet kerja yang benar-benar efektif.
"Sama seperti tim sepak bola, kalau nggak ada kemajuan, copot manajernya, ganti yang baru. Kita harus tegak."
Pernyataan lugas Prabowo Subianto ini disampaikan dalam konteks evaluasi kinerja para pemimpin lembaga dan kementerian.
Menurut Prabowo, birokrasi harus bisa mengeksekusi kebijakan dengan cepat dan tepat. Ia menyebut bahwa beberapa menteri bahkan sudah di-reshuffle karena tidak bisa kerja dalam tim.
"Kalau nggak bisa kerja bareng, ya saya ganti. Banyak dirjen saya copot, menteri pun ada yang saya ganti. Ini soal akuntabilitas dan pelayanan ke rakyat," tegasnya.
Prabowo juga menyebut beberapa kasus nyata yang menggambarkan pendekatan tegasnya terhadap birokrasi. Termasuk soal pemecatan pejabat Kementerian Pertanian yang terlibat suap, hingga penggantian direksi Bulog yang dinilai lambat dalam menyerap gabah petani.
Lalu, apakah Menteri Dikti Saintek menjadi salah satu yang tumbang karena dinilai tidak selaras dengan visi eksekusi cepat itu?
Meski Prabowo tak menyebut nama secara langsung, narasi soal “pemimpin yang tidak perform” menjadi sorotan tajam. Terlebih, isu tentang pendidikan tinggi, sains, dan teknologi belakangan mendapat tekanan agar lebih konkret berkontribusi ke pengentasan kemiskinan dan penguatan sumber daya manusia.
Prabowo juga menyinggung program 32 ribu sarjana bergizi tinggi—anak-anak muda dengan IQ tinggi yang akan ditugaskan ke desa-desa sebagai agen perubahan. Program ini dinilai sebagai bentuk ketidakpuasan terhadap institusi pendidikan tinggi yang selama ini dianggap elitis namun minim implementasi lapangan.
Load more