Kolaborasi Berbagai Pihak dalam Pengelolaan Sampah di Kabupaten Kudus
- Nadiyas Utami Pratiwi
Kudus, tvOnenews.com - Permasalahan pengelolaan sampah yang baik di Kabupaten Kudus menjadi perhatian serius bagi pemerintah, swasta, dan masyarakat.
Dalam sebuah diskusi yang berlangsung di Djarum Oasis Kretek Factory pada Rabu, 26 Februari 2024, berbagai pihak mulai dari Pemerintah Kabupaten Kudus, Djarum, hingga influencer yang peduli lingkungan, memaparkan solusi dan program inovatif untuk mengatasi masalah pengelolaan sampah ini.
Kepala Dinas PKPLH, Abdul Halil, menegaskan bahwa permasalahan sampah tidak bisa diselesaikan oleh pemerintah saja. Diperlukan kerja sama antara berbagai pihak, termasuk masyarakat dan mitra swasta.
"Ini adalah tanggung jawab bersama agar permasalahan sampah dapat teratasi dengan baik," ujarnya.
Salah satu inovasi yang telah dijalankan adalah program Desa Mandiri Syafaat, yang telah diterapkan di Desa Jonggol. Program ini mendorong masyarakat untuk lebih aktif dalam mengelola sampah secara mandiri.
Selain itu, Pemerintah Kabupaten Kudus juga telah menerapkan kebijakan pemilahan sampah dengan sistem pengambilan terjadwal:
-
Senin, Rabu, Jumat → Sampah organik
-
Selasa, Kamis → Sampah anorganik
-
Sabtu → Sampah residu
"Dengan adanya sistem ini, diharapkan masyarakat semakin terbiasa memilah sampah dari rumah dan mendukung pengelolaan sampah yang lebih efektif," tambahnya.
Di sisi lain, Deputi Program Manajer Bakti Lingkungan Djarum, Redy Joko Prasetyo, menjelaskan bahwa Djarum telah melakukan kajian mendalam sejak tahun 2017 terkait pengelolaan sampah di Kabupaten Kudus.
Dari hasil kajian tersebut, ditemukan bahwa pemilahan sampah adalah kunci utama dalam pengelolaan yang efektif.
"Jika sampah dipilah dengan baik, banyak di antaranya yang masih memiliki nilai manfaat," kata Redy.
Djarum telah bekerja sama dengan 370 mitra dalam pengolahan sampah, khususnya sampah organik yang memiliki porsi terbesar dalam timbunan sampah.
Jika sampah organik tidak dikelola dengan baik, maka akan mencemari jenis sampah lain yang masih memiliki nilai manfaat. Oleh karena itu, mereka terus mendorong masyarakat untuk memilah sampah agar dapat diolah dan bernilai ekonomi.
Redy juga menekankan bahwa tantangan terbesar dalam pengelolaan sampah bukan hanya teknis, tetapi juga budaya masyarakat.
"Bisa dibilang, kita sedang berusaha mengubah budaya. Selama ini, kita terbiasa membuang sampah secara campur. Bahkan dalam kurikulum pendidikan, kita hanya diajarkan untuk membuang sampah pada tempatnya." tambahnya.
Load more