Gunungkidul, DIY - Belum selesai dengan harga minyak goreng kemasan, industri tahu dan tempe kini dihadapkan dengan mahalnya harga kedelai. Para produsen berbahan kedelai di Gunungkidul inipun terancam gulung tikar.
"Pekan lalu, selama 3 hari kami sepakat berhenti produksi untuk menyamakan harga," ujar Nanang, Senin (21/2/2022).
Nanang mengatakan, harga tahu dinaikkan. Tahu rebus yang sebelumnya Rp33.000 per cerakan kini menjadi Rp38.000. Tahu setengah matang dari Rp38.000 dijual dengan harga Rp45.000 per cetakan. Sedangkan untuk tahu pong menjadi Rp53.000 per cetakan dari sebelumnya Rp43.000.
"Untuk harga ini sudah disepakati bersama antar pengrajin, terhitung mulai 15 Februari 2022 lalu," kata Nanang.
Sejak harga kedelai naik, Nanang mengaku terus terjadi penurunan produksi. Kondisi ini diperparah dengan langkanya minyak goreng di pasaran.
"Mencari bahan baku kedelai tidak sesulit mendapatkan minyak goreng, tapi harganya itu lho tinggi sekali. Bahkan saya harus mengurangi produksi sampai 50 persen," keluhnya.
Nanang mengaku, sebenarnya kedelai lokal itu lebih baik dari pada impor, hanya saja saat ini sulit mendapatkan kedelai lokal.
Hal senada dikatakan sesama pengrajin tahu di Wonosari, Agung Gunawan.
"Jelas lebih bagus kedelai lokal. Selain lebih padat dan gurih, sari pati kedelai lebih kental, dan rasanya lebih gurih," kata Agung.
Kedelai impor, lanjut Agung, saat ini dijual dengan harga Rp10.950 - Rp11.000 per kilogram, dari harga sebelumnya Rp9.000 tergantung merk dagangnya
Sama dengan pengrajin lainnya, sejak harga kedelai melambung, Agung kini mengurangi produksi. Terlebih harga minyak goreng curah juga tinggi, yakni Rp18.200 per kilogram.
"Saya turunkan produksinya sampai hampir 50 persen, dari sebelumnya menggiling kedelai 2,5 kwintal kini 1,5 kwintal," pungkasnya. (Lucas Didit/Buz)
Load more