Akibat Konflik Dengan Palestina Hingga Iran, Ekonomi Israel Terus Memburuk: Solusi Terbaik Adalah Menghentikan Perang
- AP Foto
"Bagian terberatnya adalah kita tidak tahu kapan perang akan berakhir," kata pemandu wisata Daniel Jacob yang mengaku saat ini keluarganya hidup dari tabungan. "Kami perlu menghentikan perang ini sebelum akhir tahun. Jika berlanjut hingga setengah tahun lalu, saya sungguh tidak tahu kapan kami bisa bertahan."
Jacob (45 tahun) yang pada April 2024 baru saja kembali dari wajib militer selama enam sebagai tentara cadangan, menemukan bisnisnya telah terpuruk saat dia kembali. Dia terpaksa menutup perusahaan wisata yang telah dikembangkannya dalam dua dekade terakhir.
Saat ini, dia mengaku satu - satunya pendapatannya hanya berasal dari sumbangan bantuan dari pemerintah, yang hanya separuh dari penghasilan bulanannya saat sebelum terjadinya perang.
Sementara pedagang barang antik di Haifa, Meir Sabaq mengaku bisnis saat ini jauh lebih buruk daripada kondisi pada saat pandemi Covid-19. Akibat perang dan anjloknya kunjungan wisata, dia mengaku tokonya hampir tidak mendapat pengunjung setiap harinya.
Pada hari kerja, pelabuhan Haifa yang biasanya ramai dan merupakan hub utama dari aktivitas ekspor impir Israel sebenarnya masih tetap ramai dengan kapal kontainer.
Dengan ancaman pemberontak Houti di Yaman terhadap kapal - kapal yang melintas melalui terusan Suez, banyak kapal kontainer yang berhenti menggunakan pelabuhan Israel. Namun, data menunjukkan terdapat penurunan 16 persen pelayaran di pelabuhan Israel pada Semester I-2024 dibandingkan posisi tahun sebelumnya.
Gencatan Senjata
Sejak dimulainya konflik Israel - Palestina pada 7 Oktober 2023 lalu, berbagai upaya gencatan senjata tampaknya tidak membuahkan hasil. Bahkan ekskalasi perang semakin meluas, setelah Iran dan Hizbullah mengancam akan membalas atas terbunuhnya pimpinan mereka.
Kekhawatiran terhadap meningkatnya ekskalasi perang ini telah membuat banyak maskapai utama dunia, termasuk Delta, United dan Lufthansa, membatalkan penerbangan menuju dan dari Israel.
Ekonom Israel Jacob Sheinin yang berpengalaman memberi saran terhadap pemerintah Israel, mengatakan bahwa biaya perang yang terjadi saat ini sudah mencapai 120 miliar dolar AS
atau sekitar Rp1.870 triliun, setara dengan 20 persen PDB Israel.
Diantara 38 negara anggota OECD, ekonomi Israel mengalami perlambatan terbesar pada periode April - Juni 2024. Ekonomi Israel yang sebelumnya diperkirkaan akan tumbuh 3 persen di tahun 2024, akhirnya direvisi. Bank Sentral Israel memperkirakan negara itu hanya bisa tumbuh 1,5 persen di 2024, dengan asumsi perang bisa berakhir di akhir tahun.
Load more