Tidak hanya di bidang manufaktur, Airlangga juga menyampaikan bahwa kedua negara memiliki peluang kolaborasi dalam mewujudkan swasembada energi di kawasan Asia Tenggara.
Indonesia sebagai salah satu produsen crude palm oil (CPO) atau minyak sawit terbesar di dunia sedang mengembangkan komoditas tersebut menjadi biodiesel 35.
Sementara itu, Thailand sebagai salah satu produsen utama komoditas gula dapat mengembangkan sisa pengolahan industri gula menjadi etanol, yang juga dapat menjadi peluang kerja sama lain antara kedua negara.
“Kita perlu melakukan investasi yang meningkatkan swasembada energi di negara-negara ASEAN. Dan saya pikir itu penting untuk sektor ini,” ucap Airlangga.
Dalam kesempatan tersebut, ia juga menuturkan upaya pemerintah Indonesia untuk meningkatkan digitalisasi di negara-negara ASEAN..
“Jadi, dengan semangat ASEAN, kita ingin lebih mengintegrasikan antarmanusia serta menjalin hubungan ekonomi antara negara-negara ASEAN,” kata Airlangga.
Di bawah kepemimpinan Indonesia pada Keketuaan ASEAN 2023, maka telah diluncurkan Perjanjian Kerangka Ekonomi Digital (Digital Economy Framework Agreement/DEFA) yang diharapkan dapat memudahkan dalam bertransaksi antarnegara dan meningkatkan ekonomi ASEAN hingga 2 triliun dolar AS. (ant/rpi)
Load more