Jakarta, tvOnenews.com - Aki jual investor asing kembali berlanjut dari pasar saham domestik. Pascapenurunan suku bunga acuan BI-Rate, sentimen negatif dari bursa global kembali memicu aksi jual di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Pada perdagangan Kamis (25/4/2024), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup tertekan 19 poin, atau 0,27 persen ke level 7.155,29.
Di tengah aksi jual investor asing, total frekuasi perdagangan terpantau lebih tipis dibandingkan biasanya yakni hanya sekitar 1,021 juta kali transaksi atas 24,374 juta saham. Namun, nilai transaksi hari ini terpantau cukup tinggi mencapai Rp14,89 triliun rupiah.
Secara total, investor asing tercatat melakukan aksi jual senilai Rp7,422 triliun. Sementara aksi beli asing hanya Rp6,127 triliun. Dengan demikian, maka aksi jual bersih investor asing tercatat Rp1,295 triliun.
Menyusul kenaikan suku bunga acuan BI-Rate, saham - saham perbankan hari ini mengalami tekanan jual, dimana BBCA turun 1,8 persen, BMRI (-1,4 persen), dan BBRI (-1,4 persen).
Sementara beberapa saham unggulan yang bisa menahan kejatuhan indeks adalah saham AMMN yang naik 5,0 persen, dan BREN (3,8 persen. Sementara saham UNVR yang sudah jarang aktif, hari ini menjadi buruan dan melonjak hingga 10,5 persen.
Dari sisi sektoral, mayoritas indeks sektoral tercatat turun, terutama indeks keugan yang tertekan 1,13 persen. Sementara indeks saham sektor konsumsi tertolong dengan penguatan saham UNVR.
Bursa Global Tertekan
Sementara dari bursa di kawasan Asia, mayoritas indeks terpantau mengalami koreksi pada hari Kamis, setelah menguat pada dua hari terakhir. Pelemahan bursa di kawasan Asia dipimpin oleh anjloknya indeks Nikkei Jepang yang ditutup melemah hingga 1,74 persen.
Bursa Jepang terpuruk menjelang pengumuman tingkat suku bunga acuan oleh Bank Sentral Jepang yang direncanakan besok. Pelaku pasar menantikan apakah bank sentral akan menaikkan suku bunga untuk menjaga nilai tukar Yen Jepang yang terpuruk ke level terendahnya dalam 34 tahun.
Sementara indeks Kospi di Korea Selatan juga terkoreksi 1,76 persen. Indeks tidak mampu bangkit, meski rilis data pertumbuhan ekonomi Korea Selatan mencatat pertumbuhan 3,4 persen di Kuartal I-2024, atau tertinggi dalam delapan kuartal terakhir. (hsb)
Load more