Jakarta, tvOnenews.com - Nilai tukar rupiah menghijau terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan Rabu (24/4/204).
Penguatan nilai tukar rupiah tersebut disebabkan pengumuman Bank Indonesia (BI) yang menaikkan suku bunga acuan atau BI-Rate sebesar 25 basis poin menjadi 6,25 persen.
Sebagian analis menilai, keputusan BI menaikkan suku bunga tersebut adalah langkah tepat guna mendongkrak pelemahan rupiah sejak tiga tahun terakhir.
“Kenaikan BI-Rate positif bagi pasar karena berpotensi memperkuat rupiah,” ujar Hans Kwee ekonom sekaligus praktisi pasar modal dikutip dari Antara.
Dengan kenaikan BI-Rate, harapannya akan tercipta interest spread yang tinggi, sehingga dana asing diharapkan akan masuk ke pasar modal Indonesia.
“Harapan bisa ada spread bunga yang tinggi, harapannya dana asing masuk,” ujar Hans.
Penguatan rupiah terjadi sejak kemarin karena dipengaruhi oleh kepastian kondisi politik Indonesia setelah Mahkamah Konstitusi mengukuhkan hasil sidang sengketa Pilpres 2024. Kemudian, hari ini kembali menghijau penetapan Presiden dan Wakil Presiden terpilih oleh KPU..
Lebih dari itu, penguatan rupiah juga dipengaruhi oleh faktor eksternal, yakni beberapa rilisan angka Purchasing Managers Index (PMI) Jasa dan Manufaktur.
PMI Jasa turun menjadi 50,9 pada April 2024 dari angka periode sebelumnya sebesar 52,1. Sementara PMI manufaktur turun menjadi 49,9 pada April 2024 dari 51,9 pada angka periode sebelumnya, lebih lemah dari perkiraan sebesar 52.
Penurunan PMI manufaktur mengindikasikan permintaan konsumen sedang melemah. PMI Jasa melemah menjadi 50,9, dibandingkan sebelumnya 51,7, lebih buruk dari perkiraan 52. Data yang suram membebani dolar AS.
Selain itu, potensi de-eskalasi perang Israel dan Iran memberi angin segar sehingga permintaan akan safe haven mata uang yaitu dolar AS menurun. Oleh karenanya, aspek penguatan dolar AS dari sisi geopolitik yang memanas telah berkurang.
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Rabu naik ke level Rp16.161 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.244 per dolar AS.
Di lain pihak, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu menyampaikan bahwa sinergi antara kebijakan fiskal dan moneter akan terus dilakukan untuk menjaga nilai tukar rupiah.
Febrio juga menegaskan, Kementerian Keuangan terus mengelola volatilitas rupiah dan mengantisipasi risiko ke depannya.
“Ini harusnya kita bisa bekerjasama dengan baik, antara fiskal dan moneter bisa bersinergi dengan baik,” kata Febrio. (ant/rpi)
Load more