Dari Minyak Jelantah Bekas Jual Gorengan jadi Emas
- tvOnenews.com/Ammar Ramzi
(Foto: Aplikasi Tabungan Hijau)
“Akhirnya kami buat aplikasi Tabungan Hijau, lalu bekerjasama dengan Pegadaian Syariah. Jadi ini dari kegiatan pengabdian, dikembangkan ke penelitian, dikembangkan lagi kerjasama dengan pihak eksternal,” terang Dinik.
Aplikasi Tabungan Hijau digunakan untuk pencatatan membantu bank sampah mencatat transaksi nasabahnya.
“Jadi sekarang kalau nasabah ingin dikonversi emas, sekarang bisa,” ujar Dinik.
Tabungan Hijau makin diminati
Tak puas hanya di lingkungan perumahan, Dini dan tim mengembangkan program Tabungan Hijau ke TPST 3R Piyungan dan pasar tradisional.
“Karena urusan sampah ini komprehensif, maka kami perluas mengusung pasar zero waste. Sebagai percontohan, kami bekerjasama dengan Pasar Desa Nirmala di Kalurahan Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul,” kata Dinik.
Sampah organik di pasar nantinya akan selesai di pasar, sehingga tidak perlu diangkut kemana-mana menggunakan truk yang hanya menimbulkan timbunan baru dan bau.
Caranya adalah dengan mengolah sampah organik menjadi pakan maggot, lalu maggotnya bisa dimakan hewan ternak seperti ayam dan ikan.
“Kami buatkan juga nanti pertanian hidroponiknya. Jadi semakin kelihatan ekonomi sirkularnya,” ucap Dinik.
(Foto: Tim Tabungan Hijau mengembangkan bank sampah di pasar tradisional)
Sementara untuk sampah non organik diolah menjadi raw material, seperti plastik cacah, styrofoam yang dilelehkan, dan minyak jelantah menjadi sabun hingga biodiesel.
Selain berbicara soal pengolahan sampah, menurutnya para pedagang di pasar juga lebih potensial untuk mengonversi sampahnya menjadi tabungan emas
“Karena mereka sudah punya penghasilan utama dari berjualan,” kata Dinik.
Bulan November 2023 lalu, tim Tabungan Hijau kembali memperluas cakupannya dengan menggandeng tujuh pondok pesantren di Yogyakarta.
“Pesantren juga memungkinkan untuk tabungan emas, sama seperti ibu-ibu PKK di perumahan dan pedagang pasar,” jelas Dinik.
Dalam pelaksanaannya program Tabungan Hijau ini juga melibatkan akademisi, tokoh masyarakat RT/RW, lembaga keuangan Pegadaian Syariah dan Deputi Keuangan Inklusif Keuangan Syariah (KIKS) Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
“Rencana kami juga mau buat sistem jemput sampah kayak ojek online gitu. Jadi ibu-ibu rumah tangga bisa pesan untuk diambil sampahnya lewat Tabungan Hijau retail. Jadi nggak melalui bank sampah,” terang Dinik.
Load more