Yogyakarta, DIY - Jika biasanya limbah plastik dianggap tidak memiliki nilai manfaat, namun berbeda dengan yang dilakukan Danang Wahyu Wibowo, warga Kota Yogyakarta. Di tangan dinginnya, limbah plastik disulap menjadi produk batu bata atau batako.
Hal itu juga seiring berlakunya program zero sampah anorganik di Kota Yogyakarta membuat masyarakat melakukan kebiasaan baru memilah sampah dan menyelesaikan sampah dari sumbernya.
Bagi Danang Wahyu Wibowo, warga RW 17 Bumijo Kota Yogyakarta, inovasi baru dengan mengolah sampah anorganik menjadi batu bata atau sering disebut batako tersebut masih dalam proses pengembangan dan mencari formula yang paling tepat.
"Batako ini bisa digunakan untuk konblok namun untuk saat ini, yang paling penting bukan membuat material namun memusnahkan sampah agar program zero sampah anorganik berhasil," ujar Danang saat ditemui di tempat workshopnya pada Minggu (15/1/2023).
Danang menjelaskan pembuatan batako menggunakan sampah residu yaitu styrofoam dan plastik yang tidak laku jual. Contoh plastik yang digunakan antara lain plastik sachet sampo, deterjen, makanan ringan. Selain dibuat batako, adonan plastik bisa dimanfaatkan untuk membuat kerajinan ukiran hiasan dinding.
"Untuk styrofoam diperlakukan tidak dimasak, cukup dicacah dan dicampur semen dengan perbandingan styrofoam 30 persen dan semen 70 persen. Sedangkan sampah plastik dimasak dengan suhu tinggi dengan campuran oli bekas. Untuk saat ini perbandingannya satu kilogram sampah plastik dicampur oli bekas satu kilogram," jelasnya.
Foto: Produk batako dari limbah plastik karya Danang Wahyu Wibowo, warga Bumijo Kota Yogyakarta (Nuryanto)
Mesin yang digunakan didesain seperti penggiling beras keliling. Harapannya, proses mengolah sampah plastik ini bisa dilakukan dimana saja.
"Selain menggunakan mesin, memasak plastik bisa menggunakan wajan dengan api panas. Namun, proses ini tidak disarankan karena akan menghasilkan asap yang dapat mencemari udara. Berbeda jika diolah dengan mesin, karena asap yang keluar dialirkan ke tandon air," tambahnya.
"Inovasi ini belum bisa dikatakan berhasil, masih dalam proses penyempurnaan namun harapannya dengan pengolahan seperti ini bisa menunjukan kepedulian kita terhadap lingkungan dan setidaknya dapat menyelesaikan masalah sampah plastik yang tidak laku karena satu batako berukuran kecil membutuhkan satu kilogram plastik yang setara sekitar satu karung," ujar Danang.
Danang juga berharap, pemerintah turut serta bekerja sama dalam proses pengembangannya agar menjadi sebuah produk material yang berkualitas dan bernilai manfaat baik secara guna maupun ekonomis. (Nur/Buz)
Load more