Sleman, DIY - Forum Komunikasi (Forkom) Senat Kedokteran Hewan Indonesia (SKHI) telah bersepakat untuk melakukan percepatan digitalisasi pendidikan di lingkungan Fakultas Kedokteran Hewan (FKH). Hal ini mengemuka dalam workshop menyiapkan pendidikan kedokteran hewan Indonesia di era digital, di UC Hotel, Senin (19/9/2022).
Peserta workshop yang hadir berasal dari 9 FKH, seperti para dekan dari Universitas Padjajaran, Universitas Airlangga, Universitas Brawijaya, IPB, Universitas Hasanuddin, dan Universitas Udayana. Serta para ketua-ketua prodi kedokteran hewan.
Ketua Forkom SKHI Bambang Sumiarto, mengatakan dari hasil diskusi, pihaknya akan mengadakan koordinasi dan kolaborasi dengan beberapa departemen atau kementerian di Indonesia, baik dari Dikti, Kemenkes, dan Kementan.
"Kolaborasi ini akan bisa menstimulasi terjadinya percepatan digitalisasi dari Fakultas Kedokteran Hewan dengan konsep pembelajaran," kata Bambang.
Bambang menjelaskan tahun 2022 ini, akan diadakan pembicaraan di IPB Bogor untuk mempercepat terjadinya pendidikan yang bersifat digital.
"Kita harus optimis karena sudah punya suatu dasar-dasar dari pendidikan kedokteran hewan di era digital. Masih perlu kerja keras tidak hanya dari Fakultas Kedokteran Hewan, tapi dari Forkom Senat Kedokteran Hewan Indonesia," jelasnya.
Ia menyebut sekarang dunia sudah global sehingga dengan pendidikan digital akan membuka banyak peluang. Sebagai contohnya kemarin dari beberapa negara Afrika yang akan belajar, mereka menghubungi.
"Sekarang, jarak bukan lagi sebagai halangan, misal dengan zoom bisa mengajar walaupun nanti dia harus datang ke Indonesia," terangnya.
"Digital ini yang akan menjembatani bagaimana negara-negara muslim seperti Ethiopia dan Uganda, negara-negara muslim bisa belajar penyakit hewan di Indonesia," imbuh Bambang.
Ketua Asosiasi Fakultas Kedokteran Hewan Indonesia, Teguh Budipitojo mengatakan di negara maju, konsep pendidikan digital, masih baru dimulai sehingga pendidikan digital di FKH Indonesia masih belum terlambat.
"Kita belum terlambat. Kami kemarin menyelenggarakan seminar internasional. Dalam seminar itu, termasuk dibahas bagaimana perkembangan pendidikan dengan mengadopsi digitalisasi di negara-negara Asia," tuturnya.
Ia mengatakan yang menyampaikan materi pendidikan digital saat itu, ada dari Korea Selatan dan Jepang karena sudah mengimplementasikan digitalisasi pendidikan di kelas.
"Mereka mengubah materi-materi pendidikan itu menjadi bentuk-bentuk digital, kemudian digunakan tidak hanya di dalam kelas, tapi juga online," ujarnya.
Teguh mencontohkan di Korea Selatan, Seoul National University, telah menerapkan konsep mengganti hewan hidup dengan dummy, contoh bentuk hewan.
"Dummy itu digunakan dalam kelas-kelas di dalam proses pendidikan. Dengan demikian tidak perlu menggunakan hewan hidup," ucapnya.
"Kemudian, dibroadcast sehingga tidak hanya di dalam kelas, tapi mahasiswa yang ada di mana pun, yang ikut dalam course, bisa mengikuti," tambahnya.
Teguh menambahkan kurang lebih seperti itu konsep pendidikan digital yang diangankan.
"Kita memang belum sampai ke sana. Kita merencanakan di tahap awal, akan benchmarking dulu, melihat bagaimana di sana benar-benar diterapkan. Misal di Korea Selatan, Seoul National University, bagaimana, lalu di Tokyo University, bagaimana, dan di Yamaguchi bagaimana," ucapnya.
"Kita akan gunakan contoh-contoh dari negara itu sebagai model pilihan, mana yang akan kita pilih dan diterapkan di Indonesia," pungkasnya. (apo/chm).
Load more