Bantul, tvOnenews.com - Keinginan warga Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terkait adanya jalan tembus alternatif akhirnya terwujud.
Usai 30 tahun menanti, jalan alternatif yang menghubungkan Nogosari-Karangasem atau disingkat Nogoasem telah terbangun.
Perbaikan proyek infrastruktur tentunya melalui program padat karya yang dibiayai Dana Keistimewaan (Danais).
Lurah Wukirsari, Susilo Hapsoro mengatakan, program padat karya di wilayahnya digunakan untuk membuka jalan tembus di 3 pedukuhan meliputi Nogosari I, Nogosari II dan Karangasem bahkan sampai Jatirejo.
Awalnya, jalan tersebut hanya sepanjang 1 meter. Sekarang dengan program padat karya dan swadaya masyarakat, sudah terbangun jalan sepanjang 1,3 kilometer dengan lebar hampir 3-4 meter.
Bahkan, Jalan Nogosari-Karangasem (Nogoasem) merupakan jalan yang sudah diidam-idamkan masyarakat selama 30 tahun yang lalu.
"Kita sangat terbantu dengan danais dan tahun ini dapat lagi untuk memperlebar jalan tersebut. Jalan Nogoasem dapat 2 kali padat karya dan sekarang sudah selesai. Kemarin hanya untuk cor blok sekarang di jalan itu dibuat dinding pembatas atau pengaman jalan," kata Susilo dihubungi, Rabu (31/7/2024).
Dahulu, kata Susilo, warga Nogoasem, Karangasem dan Jatirejo yang hendak ke Pasar Imogiri maupun Balai Kalurahan harus melewati jalan utama yang jaraknya sekitar 4-5 km. Setelah adanya jalan tembus maka jarak tempuh ke pasar hanya 1,5 km.
Dengan demikian, keberadaan jalan alternatif ini sangat membantu warga. Karena lebih cepat untuk menuju pusat perekonomian, fasilitas umum (fasum) maupun fasilitas kesehatan (faskes).
"Adanya jalan tembus alternatif mengurangi ramainya jalan utama. Serta lebih aman bagi warga yang membawa dagangan karena (kondisi jalan) sepi," imbuhnya.
Selain itu, juga telah menyasar
jalan tembus Kalurahan Wukirsari dan Imogiri. Sebelum adanya padat karya ini, jalan tersebut sangat sempit dan rusak. Ditambah, swadaya masyarakat akhirnya terbangun jalan kurang lebih 600-700 meter.
Selama ini, warga yang hendak ke kalurahan, faskes dan pasar harus memutar sejauh 3 km.
"Sekarang tinggal lewat jalan baru itu, sudah sampai ke pusat kotanya Imogiri. Bisa meringkas waktu 15-20 menit," ucapnya.
Karena itu, ia pun berharap program yang dibiayai Danais bisa terus dikucurkan ke kalurahan. Sebab, sangat memberikan manfaat bagi kalurahan khususnya yang wilayah geografisnya berbukit. Serta terdapat permasalahan mengenai stunting dan kemiskinan yang lumayan banyak.
Sementara itu, Paniradya Pati Kaistimewan, Aris Eko Nugroho menyampaikan bahwa pihaknya terus berupaya memberikan dukungan melalui program padat karya dengan 3 pola baik tingkat kalurahan/kelurahan, kabupaten dan Provinsi DIY.
Disebutkan, total ada 173 jumlah paket program padat karya tingkat kalurahan/kelurahan yang terbagi atas 172 paket untuk kalurahan dan kelurahan 1 paket. Dimana tiap paketnya, besaran anggarannya Rp 175 juta.
"Kalau jumlah kalurahannya sekitar 161 kalurahan se-DIY melalui Bantuan Keuangan Khusus (BKK) kepada kalurahan.
Paling banyak penerima di Bantul karena ada usulan dari kalurahan. Sedangkan kelurahan ada 1 di Sosromenduran, Kemantren Gedongtengen, Kota Yogyakarta," kata Aris.
Dari sekian program padat karya ini, mayoritas untuk perbaikan infrastruktur jalan. Asalkan jalan tersebut tidak terganggu status kepemilikan lahan. Bila status jalan milik kasultanan maka proyek itu harus mengantongi izin.
Selanjutnya untuk padat karya di tingkat provinsi, proses pengerjaan melalui Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) setempat. Dengan anggaran sebesar Rp 55 juta per titik lokasi. Ini dipergunakan dalam rangka untuk potensi di masing-masing kalurahan.
Kemudian untuk tingkat kabupaten, pihaknya mencatat ada 93 lokasi. (buz)
Load more