Bantul, tvOnenews.com- Pengamat politik Rocky Gerung hadir menjadi pembicara dalam Diskusi UMY Movement Forum #2 dengan tema "Menggugat Kedaulatan Rakyat: Tinjauan Kritis Terhadap Pelaksanaan Demokrasi Substansial di Indonesia" di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Sabtu (9/9) siang hingga sore hari. Acara yang dihadiri Rocky Gerung dan Refly Harun tersebut berlangsung aman dan diikuti ratusan mahasiswa UMY serta perguruan tinggi lain.
Selain Rocky Gerung dan Refly Harun tampak pula menjadi pembicara Saut Situmorang dan Ridho Al Hamdi. Dalam kesempatan tersebut, Refly Harun yang didaulat berbicara terlebih dahulu menyatakan salut kepada UMY yang berani mengundang Rocky Gerung. Pernyataan tersebut dituangkan Refly Harun dalam lantunan pantun dan disambut tepuk tangan ratusan mahasiswa yang hadir dalam diskusi tersebut.
Pengamat politik Rocky Gerung mengawali pemaparannya dengan menanggapi persekusi yang diterimanya dari sekelompok orang dalam diskusi kebangsaan "Masa Depan Demokrasi di Tengah Derasnya Arus Korupsi" di Sleman, Jumat (8/9) kemarin. Rocky Gerung menyatakan dirinya tidak hanya dihalangi secara pemikiran, tetapi juga diserang secara fisik.
"Kemarin, saya dan Refly dipersekusi. Tulisannya gede-gede "Jogja adalah Kota Pelajar. Rocky Gerung dilarang datang ke Jogja". Tulisan spanduk tersebut sudah gila sebab yang mengundang saya adalah mahasiswa, orang terpelajar. Kalau saya dan Refly Harun dilarang berbicara di Jogja yang notabene kota pelajar, maka Jogja akan berubah dari kota pelajar menjadi kota buzzer," tandas Rocky Gerung yang disambut tepuk tangan ratusan mahasiswa.
Menurutnya, sejak awal, Yogyakarta dicita-citakan oleh K. H. Ahmad Dahlan menjadi kota yang berpikir. Ahmad Dahlan kala itu memutuskan tidak mau menjadi buzzer Belanda dan memilih berinvestasi di dunia pendidikan serta ilmu pengetahuan.
"Kalau Ahmad Dahlan mau jadi buzzernya Belanda, Muhammadiyah tidak seperti sekarang ini. Alhasil, saat ini, Muhammadiyah punya sekitar 180 perguruan tinggi," ujar Rocky Gerung.
Rocky Gerung menyebut jika Muhammadiyah berhenti berpikir, IQ bangsa ini bisa terjun bebas hingga 70 persen.
"IQ bangsa ini banyak disubsidi oleh Muhammadiyah dengan banyaknya sekolah-sekolah Muhammadiyah yang ada. Rezim ini doyan memperpanjang jalan tol, memperpendek jalan pikiran," ujarnya.
Akibat mementingkan pembangunan jalan tol tersebut, Rocky Gerung menilai bonus demografi yang selama ini digaungkan pemerintahan Presiden Joko Widodo sulit diraih. Hal itu disebabkan angka stunting yang masih tinggi saat ini.
"Stunting per hari ini, prevelensinya 20% ke 25%. Artinya, dari 4 bayi yang lahir, 1 pasti kekurangan gizi karena hak si bayi untuk memperoleh susu, kacang hijau, dan daging berubah menjadi hak jalan tol untuk dapat aspal dan semen," tegasnya. (Ssn/Ard)
Load more