Kemas AR Panji juga menjelaskan penamaan Perahu Bidar sendiri khusus diperuntukkan bagi perahu yang memiliki panjang 25-30 meter, yang dapat didayung lebih dari 20 orang secara bersamaan.
Namun dulu selain menjadi Perahu yang diperlombakan, Perahu Bidar menjadi salah satu moda transportasi yang sangat diunggulkan lantaran kapasitas penumpang yang terbilang banyak dibandingkan dengan perahu umum lainya yang mungkin hanya dapat ditumpangi tak lebih dari 5 orang.
“Perahu bidar menjadi budaya kota Palembang yang sudah ada sejak jaman kerajaan Sriwijaya maupun Kesultanan Palembang. Dulu disebut perahu Pencalang, yang dimanfaatkan untuk transportasi pada jaman kerajaan dan ditengah ada atap untuk raja,” kata Kemas.
Penyebutan untuk lomba perahu bidar juga telah mengalami perubahan, dari lomban, kenceran hingga sata ini menjadi bidar.
“Setelah jaman kolonial, Belanda juga pernah menginstruksikan untuk diadakan lomba bidar ini setiap tahun. Namun momennya adalah untuk merayakan hari ulang tahun sang ratu Belanda yaitu Wilhelmina yang berulang tahun pada tanggal 31 Agustus,” jelasnya.
Budayawan tersebut menegaskan bahwa perlombaan bidar sudah ada sejak jaman dulu dan bukan diciptakan oleh orang-orang Belanda.
“Nah itu perlu dicatat, bahwa Belanda itu hanya meneruskan karena mereka berpikir bahwa perahu bidar ini menjadi hiburan yang menarik untuk digelar itu tahun 1920,” tegasnya
Load more