Medan, tvonenews.com - Masjid Ghaudiyah yang dibangun pada tahun 1887 ini terletak di Kampung Madras, Jalan KH Zainul Arifin, Kecamatan Medan Petisah, Kota Medan.
Masjid ini merupakan bukti sejarah adanya jejak muslim India dalam mensyiarkan islam di Tanah Deli.
Masjid Ghaudiyah berdiri di atas tanah seluas sekitar 3.313. Bangunan ini adalah bantuan yang diberikan Sultan Mahmud Al Rasyid kepada masyarakat muslim asal India.
Warga keturunan India beragama muslim yang berada di Kampung Madras memiliki sejarah panjang, sehingga membangun sebuah komunitas di tengah kota terbesar ketiga di Indonesia. Etnis India Muslim di Kota Medan sendiri berasal dari India Selatan.
Sejak abad ke-19 kedatangan mereka ke Sumatera pada umumnya menjadi pedagang dan kuli perkebunan tembakau di Tanah Deli. Selain menjadi pedagang, mereka pun turut mensyiarkan ajaran islam di Tanah Deli, kala itu.
Kepada tvOnenews.com, H Muhammad Sidik Saleh menjelaskan, India Tamil beragama Islam di Kota Medan beribadah di dua masjid, yakni Masjid Ghaudiyah dan Masjid Jamik yang jaraknya saling berdekatan.
Masjid Ghaudiyah didirikan oleh Yayasan The South Indian Moeslim, tetapi kini dirubah menjadi Yayasan India Muslim (YASIM) Sumatera Utara, demi memperbesar ruang lingkup jamaahnya dan menghindari adanya pengkotak-kotakan antar kelompok mereka, serta mempermudah dalam pengurusan legalitas di Kementrian Hukum dan Ham.
“Awalnyakan kita ini The South Indian Moeslim, tapi waktu pengurusan Menkumham tidak boleh menggunakan bahasa asing jadi saya buatkan rapat. Ya kita buat dia semakin besar, dibuat aja Yayasan India Muslim. Supaya jangan ada lagi selatannya. Kalau selatan kan arti katanya, kita mengkotak-kotakkan. Akhirnya disetujuilah di dalam forum. Saya buatlah Yayasan India Muslim Sumut. Jadi tidak lihat lagi, ini India Selatan, ini India Utara, India ini, itu,” kata Sidik, Ketua Yayasan The South India Moslem Mosque & Walfare Committee.
Dikatakan Sidik, aktivitas keagamaan Masjid Ghaudiyah tak hanya khusus bagi para jamaah etnis India Muslim, akan tetapi yayasan Masjid Ghaudiyah tetap memberikan kebebasan kepada seluruh umat muslim dari berbagai penjuru untuk melaksanakan ibadah salat.
“Saat melaksanakan salat, jamaah Masjid Ghaudiyah tidak hanya orang-orang India muslim yang tinggal di Kampung Madras, tetapi masyarakat saat pelaksanaan salat Jumat banyak juga para jamaah yang berasal dari luar untuk salat bersama-sama dengan kita,” sebutnya.
Sidik menambahkan, yayasan India Muslim Sumut juga membuka aktivitas pendidikan Rumah Tahfiz bagi anak-anak untuk etnis India muslim yang bertempat tinggal di sekitar Kampung Madras, serta pembinaan bagi para mualaf.
“Aktivitas Keagamaan telah kita buat, mulai pendidikan seperti Rumah Tahfiz untuk anak-anak. Pembinaan para mualaf dari etnis India di Kota Medan yang telah masuk agama Islam. Alhamdulilah mualaf saat ini sudah mencapai ratusan orang lebih,” kata Sidik.
Dia juga menuturkan, sejak tahun 1925 masjid ini masih terus menjalankan tradisi, di mana Masjid Ghaudiyah atau biasa dikenal Masjid India Medan ini memiliki tradisi unik di bulan suci Ramadhan. Salah satunya adalah berbuka puasa dengan menu khas India.
Di sini kita akan dijajaki makanan-makanan India yang menggugah selera, seperti salah satunya bubur sop khas India, dan nasi briyani.
Setiap harinya di bulan Ramadhan pengurus masjid menyiapkan 100 sampai 150 bungkus hidangan berbuka untuk dibagikan kepada orang yang datang ke Masjid Ghaudiyah.
Kemudian 300 bungkus hidangan juga turut dibagikan Masjid Jamik Kebun Bunga yang juga merupakan masjid India di Kota Medan.
“Jadi Masjid Ghaudiyah ini kalau bulan suci Ramadhan setiap harinya itu sekitar 100 sampai 150 orang berbuka di sini. Kalau di Masjid Jamik Kebun Bunga itu sampai 300-400 orang. Alhamdulillah memang kalau tempat lebih startegis Masjid Jamik Kebun Bunga, karena tukang becak dan segala yang singgah dan lewat akan singgah di situ untuk berbuka,” ujarnya.
Khusus di hari minggu biasanya masjid India di Medan menyiapkan menu spesialnya, seperti bubur khas India, nasi briyani, nasi minyak, kari, dalca, dan juga teh India atau chai untuk dibagikan sebagai hidangan berbuka puasa.
Teh India atau biasa disebut Chai merupakan minuman khas India yang memiliki cita rasa dan aroma khas rempah-rempah, rasanya tidak terlalu pedas seperti bandrek. Minuman ini tidak pernah dilewatkan saat bulan Ramadhan datang.
Menurut Ketua Yayasan India Muslim yang sudah menjabat selama dua periode ini, tradisi berbuka di masjid India ini dilakukan guna mempererat tali silaturahmi antara umat India muslim dan juga sesama muslim lainnya di Kota Medan.
“Kita buat hal seperti itu karena orang India ini jauh-jauh, di Binjai ada, di mana-mana ada. Tapi dengan dia tahu hari minggu ada berbuka itu, ya di situlah kita berkumpulnya. Jadi silaturahminya ada terjadi. Kalau enggak kita buat seperti itu, apalagi bulan suci Ramadhan itu rasa kita ngga jumpa dia sebulan sekali,” pungkasnya.
Pada Halaman belakang Masjid Ghaudiyah terdapat sebuah pemakaman khusus warga keturunan India muslim asal India Selatan, dan pemuka agama dari India.
Salah satunya makam ulama H Abdul Jalil, beliau adalah imam pertama di Masjid Ghaudiyah dan juga penyebar agama Islam di daerah tersebut.
“Makam ini juga bagian dari para keturunan masyarakat Tamil dan juga sebagai makam warga India yang menetap di lingkungan Masjid Ghaudiyah, dengan adanya kompleks makam ini, menjadi bukti bahwa masyarakat muslim India menetap dan menyebarkan agama Islam di Tanah Deli,” tutup Sidik. (zul/nof)
Load more