Viral, Mobil Pembawa Jenazah Terjebak Lumpur di Konawe Utara
- Erdika Mukdir
Konawe Utara, tvOnenews.com – Sebuah mobil ambulans yang membawa jenazah viral di media sosial setelah terjebak lumpur saat melintas di jalan poros Desa Tapunggaeya, Kecamatan Molawe, Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara.
Diketahui, peristiwa itu terjadi pada Jumat (2/5/2025) malam ketika mobil ambulance tersebut tengah membawa jenazah seorang warga dari rumah sakit menuju rumah duka. Namun ditengah perjalanan, mobil tersebut terjebak lumpur hingga berjam-jam dan terpaksa ditarik oleh mobil warga secara manual.
Hargono, keluarga korban mengaku awalnya almarhumah meninggal di RS Bahteramas Kendari yang kemudian dibawa ke kampung halamannya yang berlokasi di Desa Tapunggaeya Konawe Utara.
“Almarhuma Hj Jamila namanya, dia pedagang. Dia itu meninggal habis magrib di rumah sakit bahteramas lalu dibawa pake ambulance ke rumah duka di Desa Tapunggaeya kemarin malam,” kata Hargono saat dihubungi lewat sambungan telepon, Sabtu (3/5/2025).
Lebih lanjut Hargono mengakui jika mobil ambulance yang digunakan untuk membawa jenazah terjebak lumpur usai daerah tersebut diguyur hujan. Akibatnya mobil ambulans itu terpaksa ditarik dengan menggunakan mobil warga di desa setempat.
“Ada sekitar satu kilometer itu ditarik pakai mobilnya warga disini. Jalannya licin habis hujan dan berlumpur”ungkapnya
Setiap musim hujan membawa kecemasan yang sama anak-anak kesulitan berangkat ke sekolah, warga sakit terhambat menuju layanan kesehatan, dan tak terhitung lagi warga yang tergelincir, terjatuh, bahkan jenazah pun tertahan di tengah jalan.
“Ketidakadilan ini bukan sekadar soal kerusakan teknis, ini adalah bentuk nyata dari pengabaian hak atas ruang hidup yang aman dan bermartabat. Jalan ini sejatinya merupakan fasilitas umum milik pemerintah, namun kini berubah total menjadi jalur utama operasional industri tambang,”kesalnya.
Kondisi ini tidak hanya membahayakan keselamatan warga, tetapi juga telah memaksa relokasi sejumlah fasilitas pendidikan yang berdiri di sepanjang jalur tersebut, demi mengakomodasi kepentingan industri tambang. Namun, hingga kini, tidak ada komitmen nyata dari perusahaan maupun pemerintah untuk memperbaiki kerusakan atau mengembalikan fungsi jalan sebagai fasilitas publik.
“Setiap tahun kami hanya menerima debu, lumpur, dan risiko. Sekolah dipindahkan, ekonomi warga terganggu, dan kini jenazah pun tak bisa lewat,” pungkas Hargono, keluarga korban yang juga merupakan Koordinator Mandiodo Watch, kelompok pemantau warga di lingkar tambang.
Atas peristiwa itu Pusat Kajian dan Advokasi Hak Asasi Manusia (PUSPAHAM) Sulawesi Tenggara pun angkat bicara dan menyoroti kebijakan pemerintah daerah dan korporasi yang dinilai acuh dan abai terhadap kondisi masyarakat.
PUSPAHAM Sulawesi Tenggara menilai tragedi ini mencerminkan kegagalan tata kelola tambang yang adil dan berkelanjutan. Ketika hak dasar warga akses terhadap pendidikan, layanan kesehatan, dan infrastruktur publik terampas demi kepentingan industri, negara telah lalai dalam menjalankan mandat konstitusionalnya.
“Bagaimana kita bisa bicara reklamasi, pemulihan ekosistem, atau ekonomi berkelanjutan jika akses dasar warga saja dikorbankan? Ini bukan sekadar krisis infrastruktur, ini krisis martabat manusia,” tegas Iskandar Wijaya, Koordinator Kajian dan Kampanye PUSPAHAM.
Warga dari Mandiodo, Tapunggaeya, Tapuemea, Mowundo, dan desa-desa lain di Kecamatan Molawe kini bersuara lantang. Mereka menuntut audit menyeluruh terhadap seluruh IUP aktif, pemulihan fungsi jalan umum sebagai hak publik, serta jaminan perlindungan terhadap ruang hidup yang kian tergerus.
“Ini bukan hanya seruan untuk perbaikan jalan. Ini adalah tuntutan keadilan dan pengakuan atas hak hidup yang setara bagi seluruh warga negara,”tutupnya.
(emr/asm)
Load more