Festival Jurnalisme dan Kebudayaan di Omah Petroek Karangkletak Hargobinangun Yogyakarta
- Istimewa
Dilanjutkan dengan penandatanganan prasasti Omah Jakob oleh Direktur Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi, Kementerian Kebudayaan, Dr. Restu Gunawan M.hum disusul penampilan sendratari “Bedhayan Bocah Bajang” karya Bimo Wiwohatmo dan ditutup konser musik Jogja Hip Hop Foundation (JHF).
Dua pertunjukan terakhir, yaitu sendratari “Bedhayan Bocah Bajang” dan lagu-lagu JHF merupakan bentuk konkret eksplorasi produk-produk jurnalisme dan kebudayaan. Koreografer Bimo Wiwohatmo mengadaptasi novel karya Sindhunata menjadi sendratari “Bedhayan Bocah Bajang”.
Demikian pula, karya-karya sastra dan jurnalistik Sindhunata juga menginspirasi grup musik hip hop asal Yogyakarta, JHF untuk membuat lagu. Syair-syair Sindhunata digubah menjadi lagu hip hop yang sangat populer di kalangan anak-anak muda.
Selama festival ini, masyarakat umum juga bisa menikmati aneka macam koleksi Museum Anak Bajang di Omah Petroek.
Di sini, publik bisa menyaksikan bagaimana lukisan Djoko Pekik “Berburu Celeng” direspons Sindhunata dan Pramono Pinunggul menjadi buku dan patung.
- Istimewa
Pematung Dunadi-pembuat patung Soekarno di depan Kemenhan- juga melengkapi koleksi Omah Petroek dengan patung Djoko Pekik di pelataran Taman Yakopan.
Di Omah Petroek, tepatnya di Langgar Tombo Ati, pengunjung bisa berfoto bersama patung Gus Dur, lengkap dengan sajadah asli Gus Dur pemberian ibu Sinta Nuriyah Wahid. Karya almarhum Wilman Syahnur ini menginspirasi munculnya kegiatan pendidikan toleransi, event budaya, dan tulisan jurnalistik.
Aneka macam bentuk alih wahana novel karya Sindhunata baik “Anak Bajang Menggiring Angin” maupun “Anak Bajang Mengayun Bulan” juga bisa disaksikan di Museum Anak Bajang di Kompleks Omah Petroek. Kedua novel ini muncul pertama kali dalam bentuk cerita bersambung di Harian Kompas pada tahun 1981 dan 2021
Adaptasi produk jurnalistik menjadi karya-karya seni rupa serta proses penjurnalistikan aktivitas-aktivitas kebudayaan menjadi kekuatan narasi koleksi Museum Anak Bajang di Omah Petroek. Pola ini perlu terus-menerus dikembangkan untuk menguatkan museum-museum di manapun yang selama ini banyak mengalami stagnasi karena hanya semata-mata memamerkan koleksi-koleksi saja tanpa upaya eksplorasi.
Load more