Banyuwangi, Jawa Timur – Populasi penyu dunia terancam punah lebih cepat. Penyebabnya, spesies langka ini ternyata krisis pejantan. Telur penyu yang menetas alami kebanyakan lahir menjadi betina. Kondisi ini dipicu perubahan iklim dan pemanasan global. Suhu pantai cenderung naik.
Padahal, satu ekor penyu betina membutuhkan setidaknya 4-5 ekor pejantan untuk membuahi dan menghasilkan telur dalam jumlah banyak. Ketika telur yang menetas didominasi betina, akan berdampak pada menurunnya populasi penyu.
“Secara pasti populasi dunia belum bisa diketahui. Namun, dari penelitian ilmiah, telur penyu yang menetas alami kebanyakan menjadi betina. Penyebabnya adalah pemanasan global,” kata peneliti penyu dari Sekolah Ilmu Kesehatan dan Ilmu Alam (SIKIA) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Drh. Aditya Yudhana disela pelepasan 44 ekor tukik jantan di Pantai Pulau Santen, Banyuwangi.
Kondisi ini membutuhkan inovasi ilmiah agar telur penyu bisa lahir jantan. Salah satunya dengan membuat inkubator buatan (Intan) box untuk menetaskan telur penyu.
“Sejak akhir 2021 kami bekerjasama dengan Banyuwangi Sea Turtle Foundation (BSTF) membuat intan box untuk menetaskan telur penyu jenis lekang dan hijau. Hasilnya, 90 persen lebih telur penyu bisa menetas menjadi pejantan,” jelasnya.
Temuan canggih ini diharapkan bisa mendongkrak populasi penyu jantan. Sehingga, ancaman kepunahan penyu bisa ditekan. Sebab, semakin banyak pejantan, potensi penambahan telur penyu bisa naik.
“Jadi, ketika satu ekor penyu betina usai bertelur, masih ada simpanan bakal telur dalam jumlah besar. Mereka harus dibuahi lagi oleh pejantan lainnya,” tegas Aditya.
Dengan intan box, pihaknya bisa mengatur suhu udara. Telur penyu bisa menetas menjadi pejantan jika suhu udara di bawah 30 derajat Celcius. Jika lebih, potensinya menetas menjadi betina. Karena pemanasan global, suhu udara di pantai kecenderungannya di atas 30 derajat Celcius. Kondisi ini yang membuat telur penyu kebanyakan menetas menjadi betina.
Selain mengatur penetasan tukik jantan, intan bok cukup jitu menetaskan telur hingga di atas 90 persen. Berbeda dengan penetasan alami yang maksimal hanya 60 persen.
Intan bok penyu ini sudah didaftarkan ke Dirjen Hak Kekayaan Intelektual (HAKI). Alat ini merupakan temuan pertama kali untuk pelestarian habitat penyu melalui penetasan telur.
“Target kami, intan box ini akan terus ditambah kapasitasnya. Sekarang masih menunggu legalitas dan kerjasama dengan BKSDA,” kata Pembina BSTF, Wiyanto Haditanojo. (hoa/hen)
Load more