Pedagang Es Krim Diduga Jadi Korban Pengeroyokan Oknum Satpol PP Lumajang
- tim tvone - wawan sugiarto
Lumajang, tvOnenews.com - Misrat (50) warga Desa Tegal Ciut, Kecamatan Klakah, Kabupaten Lumajang, jadi korban pengeroyokan oleh oknum Satpol PP Kabupaten Lumajang.
Peristiwa pengeroyokan itu terjadi saat Misrat hendak berjualan es krim di Alun-alun Lumajang, Minggu (11/5) sekitar pukul 06.30 WIB.
Hari itu, memang Alun-alun Lumajang tidak menggelar car free day (CFD) lantaran ada agenda pemberangkatan calon jemaah haji di Pendopo Arya Wiraraja.
Misrat bercerita, saat itu ia baru saja tiba di kawasan Alun-alun Lumajang untuk menjajakan es krim jualannya menggunakan rombong yang dikayuh.
Ia menaikkan gerobaknya di trotoar alun-alun tepat di depan Masjid Agung KH. Anas Mahfud.
Tidak berselang lama, Misrat didatangi petugas Satpol PP dan menegurnya untuk tidak berjualan.
"Awalnya saya ditegur tidak boleh jualan, padahal sebelumnya gak ada pengumuman untuk tidak berjualan," kata Misrat di rumahnya, Rabu (14/5).
Meski begitu, Misrat mengaku, mengiyakan teguran petugas Satpol PP dan memutar balik rombongnya untuk diturunkan dari trotoar dan beranjak meninggalkan alun-alun.
Namun, karena banyak orang berkerumun di depannya, ia memilih menunggu sejenak. Tiba-tiba, seorang petugas Satpol PP datang dan langsung memiting lehernya.
Dalam sekejap petugas lainnya juga menghampiri Misrat. Ada yang menarik bajunya, memegangi tangan, dan memukulinya.
"Ada 5 orang, ada yang narik, ada yang miting ngunci leher saya, ada yang pegangi tangan saya," ceritanya.
Misrat ditarik dan dibawa ke pos penjagaan di kawasan Kantor Bupati Lumajang.
"Jadi sambil jalan ditarik ke Pemda itu saya dipukuli, jadi tarik pukul tarik pukul," ungkapnya.
Sampai disana, Misrat dilepaskan. Saat itu, ia baru sadar jika pipinya sebelah kiri sudah berlumuran darah. Tak hanya itu, pipinya juga lebam dan matanya sebelah kiri berwarna merah.
Misrat meyakini lukanya itu akibat dipukul menggunakan handy talkie (HT) milik petugas Satpol PP lantaran, ia melihat antena HT yang dipegang petugas itu rusak.
"HTnya itu antenanya ada yang patah, wah kayaknya dipukul pakai HT itu," jelasnya.
Awalnya, ia mengaku tak ingin memperpanjang masalah itu dan langsung meninggalkan petugas. Namun, ia ditantang oleh salah satu petugas untuk melaporkan peristiwa yang dialaminya.
"Saya awalnya ya sudah kalau gak boleh saya mau pergi, tapi salah satu petugas itu bilang gak papa kalau mau dilaporkan," ujarnya.
Misrat pun langsung berjalan menuju Mapolres Lumajang yang hanya berjarak kurang dari 50 meter dari Kantor Bupati Lumajang untuk melaporkan perbuatan oknum Satpol PP itu.
Kini, polisi masih mendalami kasus ini. Menurut Kasatreskrim Polres Lumajang AKP Pras Ardinata, korban sudah melakukam visum di RS Bhayangkara Lumajang.
Polisi juga sudah melakukan pemanggilan kepada oknum Satpol PP Lumajang yang diduga melakukan pengeroyokan.
"Kasusnya masih kami selidiki, korban sudah visum, terduga pelaku pengeroyokan juga sudah kita panggil untuk dimintai keterangan," jelas Pras.
Terpisah, Kepala Bidang Ketertiban Umum Satpol PP Lumajang Mochammad Chaidir Sholeh membantah adanya aksi pengeroyokan oleh petugas Satpol PP.
Menurutnya, luka lebam hingga robek yang dialami korban lantaran tersenggol Handy Talkie yang dibawa petugas.
"Jadi waktu itu teman-teman mau menggeser dagangannya, yang bersangkutan kayak gak terima, kebetulan petugas ada yang bawa HT terus tersenggol, nah itu dianggap pengeroyokan," kata Chaidir di Lumajang.
Chaidir menyebut, kalau itu memang betul pengeroyokan, pasti banyak saksi, mengingat, kawasan Alun-alun Lumajang saat itu banyak warga yang hendak melepas keberangkatan jemaah haji.
"Kalau memang pengeroyokan pasti kan banyak saksi, ada foto atau video dan pasti sudah viral, kan banyak orang disana," ujarnya.
Petugas Satpol PP Lumajang, kata Chaidir, sudah mengeluarkan surat imbauan untuk tidak berjualan di area alun-alun pada hari tersebut karena bertepatan dengan agenda pemberangkatan calon jemaah haji.
Namun, surat imbauan itu tidak dihiraukan oleh pedagang. Malahan, menurut Chaidir, pedagang tidak terima saat diperingatkan secara persuasif.
"Kita sudah mengingatkan beberapa kali bahwa di daerah situ tidak ada aktivitas jual beli, sudah ada suratnya, kita sudah mengingatkan secara persuasif sekali dua kali, malah dari pedagangnya malah tidak terima saat teman-teman menggeser," pungkasnya. (wso/hen)
Load more