Produktivitas Petani Kopi di Malang Meningkat 18 Persen, Memanfaatkan Inovasi Agribisnis Kopi Berkelanjutan
- tim tvone - edy cahyono
Selanjutnya pengelolaan limbah organik dengan memberdayakan ibu rumah tangga untuk mengelola limbah kulit kopi menjadi produk bernilai tambah, seperti dompet kulit, bingkai kacamata, dan jam tangan. Sebagai bagian dari pendekatan berkelanjutan, program ini juga memanfaatkan kembali limbah kopi untuk aktivitas perkebunan melalui produk anti-pest dan coffee peat, serta mengolah limbah organik dari kotoran hewan ternak menjadi pupuk cair dan pupuk padat.
Terakhir adalah program pembedayaan Lembaga dan Pemuda dimana kegiatan edukasi dan pelatihan yang berfokus pada budidaya kopi berkelanjutan, wirausaha, dan tata kelola kelembagaan untuk kelompok tani dan pemuda desa. Program ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan mereka sehingga dapat mendukung terciptanya agribisnis kopi yang berkelanjutan.
Sementara itu, Nasrullah Aziz, perwakilan dari Konsorsium Gandrung Tirta menyampaikan bahwa penerapan strategi tersebut diharapkan dapat meningkatkan keterampilan petani dalam praktik budidaya kopi berkelanjutan (Good Agricultural Practices) hingga 80%, serta mendorong peningkatan produktivitas kopi sebesar 18% pada tahun pertama. Seiring peningkatan tersebut, pendapatan petani diharapkan naik hingga 15%.
Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Malang, yang diwakili BAPPEDA Ir. Tomie Herawanto mengatakan bahwa Pemerintah Kabupaten Malang turut mendukung Gandrung Tirta sebagai mitra strategis untuk mengakselerasi target indeks ekonomi hijau sebesar 66,84% pada 2045.
“Pengembangan agribisnis tidak hanya soal peningkatan produktivitas untuk memenuhi permintaan pasar, tetapi juga memastikan keberlanjutan daya dukung SDM dan lingkungan,” kata Tomie.
“Pemerintah Kabupaten Malang mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk ambil bagian dalam inovasi Gandrung Tirta demi terwujudnya transformasi ekonomi hijau dan masyarakat Malang yang lebih sejahtera," jelasnya.
"Potensi sumber daya lokal, semangat gotong-royong, dan teknologi, diharapkan dapat menjadi kekuatan nyata untuk membawa perubahan di suatu wilayah. Adanya gerakan kolaboratif tersebut dapat segera dirasakan manfaatnya oleh masyarakat secara maksimal dan bahkan direplikasi ke daerah-daerah lainnya. Sudah saatnya kita berani untuk berdaya terbebas dari cara penyelesaian lama yang menghalangi ruang tumbuh kita,” tutup Monica. (eco/hen)
Load more