Selain itu, tim juga menemukan beberapa fragmen tulang hewan lain di sekitar fosil banteng purba, harimau, kancil dan hewan laut yang menunjukkan bahwa kawasan Hutan Tritik pernah menjadi habitat bagi berbagai spesies besar pada zaman dahulu.
Lebih lanjut Unggul menambahkan, kami mencari titik potensi, kemudian kita tindak lanjuti dengan penggalian test, hasil daripada penggalian test, dapat satu titik yang potensial di tindak lanjuti penggalian lebih sistematis.
"Jadi disini kita menemukan suatu kerangka gajah purba jenis stegodon dan itu terkonfirmasi dari karakter giginya," tambah Unggul.
"Setelah itu, kita mengejar posisi anatomisnya, seperti sebaran fosilnya," ujar Unggul.
"Alhamdulillah, saat ini kita sudah mendapatkan hasil yaitu rahang bawah, dengan giginya, ada pelpis masih anatomis kanan kiri, kemudian skat dan beberapa tulang rusuk, sesuai karakter gigi, gajah purba menunjukan usia dewasa,"ucap Unggul.
"Kalau kita mengejar sesuai tema yaitu epiloptobus, jawabannya ada di kawasan Hutan Tritik. Penemuan ini memberikan wawasan baru tentang ekosistem masa lampau di wilayah tersebut," ungkap Unggul.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Nganjuk berencana untuk menjadikan lokasi penemuan fosil ini sebagai situs wisata edukatif. Kabid Kebudayaan Disporabudpar Nganjuk, Amin Fuadi menyatakan, ini adalah potensi besar untuk mengembangkan pariwisata berbasis sejarah di Nganjuk. Kami akan bekerja sama dengan Balai Arkeologi untuk mempersiapkan tempat ini sebagai pusat edukasi bagi masyarakat.
Load more