“Harapan kami dan masyarakat, semoga kedepan desa kami semakin makmur dan maju serta jauh dari segala bentuk musibah dan bencana,” ungkapnya.
Uniknya, tidak hanya dari kalangan lansia, tradisi Ojong ini juga banyak diminati oleh kalangan remaja. Terbukti, sejak kegiatan ini dimulai, sejumlah pasangan peserta Ojong nampak mengantri menunggu panggilan.
Aturan dalam permainan Ojong ini juga cukup sederhana. Peserta yang sudah ditunjuk akan adu ketangkasan menyabetkan sebatang rotan secara bergantian.
“Lawan harus sepadan baik dari kriteria usia maupun jam terbangnya. Jadi pemula ya lawan pemula. Untuk masing-masing pukul juga tergantung kesepakatan pelandang (wasit). Biasanya masing-masing 5 kali dan kadang kala sampai 10 kali sabetan secara bergantian,” terang Sumanto, salah satu peserta Ojong.
Sumanto mengakui, meskipun harus terluka, para peserta tidak boleh emosi namun justru terlihat menikmati permainan. Bahkan, para peserta juga masih menari – nari mengikuti alunan musik tradisional, sehingga membuat penonton menjadi terhibur.
Dalam tradisi Ojung ini, selain keberanian juga dibutuhkan kelincahan saat menyabetkan rotan maupun menghindari sabetan lawan. Dalam satu kali pertandingan, masing-masing peserta diberikan jatah 5 hingga 10 kali sabetan sesuai aturan yang telah disepakati. Mereka yang paling banyak menggoreskan luka di punggung lawan, dianggap sebagai pemenang.
“Tidak ada persiapan khusus. Modalnya cuma keberanian dan kelincahan,” jelasnya.
Load more