Kisah Tandon Tua, Peletup Pertempuran Lima Hari Melawan Jepang di Semarang
- Tim tvOne - Teguh Joko Sutrisno
Saat itu, lanjutnya, di bulan Oktober 1945, Jepang sudah tertekan setelah kalah dalam Perang Dunia II. Dengan sisa kekuatannya, Jepang mencoba melawan pribumi yang sudah memproklamirkan kemerdekaan dan berupaya mempertahankannya.
Ada kabar, tentara Jepang melakukan siasat untuk meracuni rakyat Semarang. Caranya dengan menuangkan bahan kimia beracun di Reservoir Siranda.
"Dokter Kariadi juga menerima kabar itu ketika melakukan rapat dengan para pejuang di sebuah ruangan rumah sakit. Ia yang ahli soal ini, terpanggil untuk menyelamatkan rakyat Semarang. Meski saat itu dicegah oleh pemuda lainnya. Kalau tidak salah istrinya juga sudah mencegah. Namun, tekadnya bulat. Bersama sopir ia mencoba naik ke arah reservoir tersebut. Tujuannya, meneliti apakah airnya sudah diracun Jepang atau belum," tutur Yongki.
Namun, Dokter Kariadi dan rombongan dicegat tentara Jepang saat perjalanan menuju reservoir. Ia ditembak. Para pemuda sempat membawanya ke rumah sakit. Namun karena luka tembaknya parah, ia pun gugur.
Hal itulah yang kemudian memicu kemarahan rakyat Semarang, dan pecah pertempuran antara pemuda Semarang dengan sisa tentara Jepang.
"Dahsyat. Pertempuran berlangsung selama lima hari. Catatan sejarah tertulis dari tanggal 14 hingga 19 Oktober 1945. Kemudian ada gencatan senjata yang diprakarsai pemimpin gereja waktu itu Soegijopranoto," lanjut Yongki.
Lokasi pusat pertempuran selama lima tersebut, sekarang dibangun sebuah tugu yang diberi nama Tugu Muda. Letaknya persis di depan Lawang Sewu. Dan di tempat ini setiap setahun sekali diadakan peringatan pertempuran lima hari dengan sebuah drama kolosal.
Dokter Kariadi kemudian diabadikan dengan mengganti nama Rumah Sakit Purusara menjadi Rumah Sakit Umum Pusat Dokter Kariadi Semarang.
Sementara, Reservoir Siranda hingga sekarang masih berfungsi dan dikelola oleh PDAM Semarang sebagai penampung cadangan air. (Tjs/dan)
Load more