"Sate Winong ini mengandung falsafah unik. Harapannya, pengantinakan merasakan kelembutan hatinya untuk menjadi satu seperti daging sate yang ditusuk, disatukan. Mereka juga diharapkan dapat mengecap rasa manisnya kehidupan (berumah tangga)," harap Ryan.
Lanjutnya, pernikahan dengan mahar satu tusuk sate ini merupakan yang pertama di Indinesia bahkan di dunia. Dengan adanya kegiatan ini juga diharapkan pelaku UMKM bisa menjadi enterpreuneur.
Mahar yang disediakan oleh panitia tidak hanya satu tusuk sate, tapi ada juga seperangkat alat sholat dan cincin kawin. Mulai dari acara resepsi, make up, busana hingga mas kawun semua gratis, pasangan pengantin atau keluarganya tidak ada yang mengeluarkan biaya.
"Sebenarnya banyak yang ingin mendaftar sejak kami buka, tapi memang peserta kami batasi. Keguatan ini dalam rangka ngalap berkah, memperingati satu abad NU juga khataman Al Quran," ucap Ryan.
Sebelum ijab kabul dilaksanakan, kelima pasang calon pengantin diarak keliling kampung dengan diiringi drum band dan musik rebana. Pawai ini menarik perhatian ribuan warga untuk hadir menyaksikan prosesi langka itu.
Salah satu pasangan pengantin yaitu Azis Mualif (22) dari Bruno dan Dewi Etika (22) nampak sangat bahagia. Mereka mengenakan busana dan make up Solo Putri.
"Sangat bersyukur karena saya dapat menemukan pasangan hidup dalam waktu singkat. Kurang dari satu minggu. Kami kenal dari hasil perjodohan atau ta'aruf ala Ponpes. Setelah menikah kami akan boyongan ke Ponpes Giri Nurul Ilmi Tancep Gunung Kidul, DIY tempat saya mengajar," pungkas Azis Mualif. (Esa/Buz)
Load more