"Saya ngikuti dari perkembangan awal dari pak Hendropriyono, cek lokasi dulu, aku juga ikut di dalamnya, tapi sampai sekarang ini belum ada dampaknya, belum begitu ada perubahan. Perubahannya hanya harga tanah jadi naik. Dulu itu sebelum Esemka itu paling Rp250.000 sampai Rp300.000 per meter yang pinggir jalan. Sekarang jadi Rp2 juta per meter," ujarnya.
Dampak lain, kata Sartono, mayoritas kondisi jalan semakin baik. Meski demikian kini ia tidak aktif lagi mengikuti perjalanan pabrik Esemka.
"Sekarang saya tidak aktif lagi, kalau dulu aktif karena saya selaku BPD. Teman saya dulu juga mengawal. Saat proses pertama gagal dan yang kedua kalinya setelah yang di dalamnya Hendropriyono, perizinan sudah lancar," ujarnya.
Sartono mengaku tidak mengetahui aktivitas di dalam pabrik. Setahu dia, pabrik masih memproduksi mobil.
"Saya kurang tahu apakah masih produksi, informasinya masih tetapi kalau kita lihat di situ hanya beberapa karyawan saja," katanya.
Secara pribadi ia juga mendukung pabrik memproduksi mobil listrik.
"Soal mobil listrik kita ngikuti saja. Saat diresmikan Presiden Joko Widodo dulu saya tidak ikut karena yang diundang hanya beberapa yang berkompeten saja. Dulu kami itu hanya masyarakat untuk mengumpulkan beberapa KTP yang setuju, setelahnya itu kami tidak di dalamnya, kami hanya orang luar," ujarnya. (ags/ebs)
Load more