Bekasi, tvonenews.com - Kalangan mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi Politik Universitas Paramadina menyoroti kesenjangan yang nyata di Kota Bekasi, Jawa Barat. Oleh karenanya kalangan akademisi dari Universitas itu menggelar program pemberdayaan masyarakat dan bakti sosial di Pondok Pesantren Darul Futuuh, Kampung Kandang Kecil, Harapan Mulya, Kota Bekasi.
Ketua panitia Usmar Almarwan mengatakan alasan dipilihnya lokasi tersebut lantaran wilayah ini memiliki angka pengangguran dan anak putus sekolah yang cukup tinggi. Serta ada kesenjangan yang nyata di wilayah yang bersebelahan langsung dengan pusat bisnis Sumarecon Bekasi tersebut.
“Sebagian besar tidak tamat SD, kemudian banyak pengangguran juga. Karenanya kita menilai wilayah ini perlu diberdayakan masyarakatnya agar kesenjangan sosial antara wilayah ini yang bersebelahan langsung dengan pusat bisnis Sumarecon Bekasi, dapat teratasi,” ujar Usmar Almarwan, melalui keterangan tertulis yang diterima, Mimggu (17/12/2023).
Kebanyakan anak putus sekolah itu kemudian ditampung belajar di Pondok Pesantren Al Futuuh. Ada 35 anak sekolah yang nyantri di pondok tersebut.
“Pondok ini tidak memungut biaya sama sekali. Karenanya kami Mahasiswa Magister Magister Ilmu Komunikasi Politik Universitas Paramadina sangat mengapresiasi keberadaan pondok dan ingin ikut berkontribusi,” sambungnya.
Usmar juga menambahkan, di sisi lain keberadaan ponpes bukanlah solusi dari seluruh masalah sosial yang ada. Terutama terkait pengangguran karena minimnya lapangan pekerjaan.
Karenanya, Universitas Paramadina melalui mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi Politik angkatan ke 22 ini, ingin memberdayakan masyarakat wilayah tersebut untuk memanfaatkan peluang ekonomi. Salah satunya dengan melakukan pengelolaan bank sampah.
“Pengelolaan bank sampah juga ternyata bisa dibarengi dengan budidaya maggot, yaitu larva lalat yang bisa dijual untuk pakan ternak, tentu ini potensi ekonomi yang dapat dimanfaatkan” ujar Usmar.
Untuk Budidaya Maggot sendiri, mereka bekerjasama dengan Joglo Larva Center Jatiasih. Komunitas ini memiliki pengalaman panjang dalam memberikan pelatihan dan pendampingan.
Bahkan pelatihan langsung dibawakan oleh Mulyanto Diharjo, pakar Maggot yang telah mendapatkan penghargaan dari Pemkot Bekasi.
Selain itu, mahasiswa yang kebanyakan berprofesi jurnalis juga memberikan pelatihan videografi, fotografi, dan media sosial.
Tujuannya, agar masyarakat yang memiliki usaha ultramikro memperoleh pengetahuan dasar dalam mempromosikan produk dengan karya foto dan video yang baik.
“Saya yakin dengan foto atau video promosi yang baik, mereka dapat lebih mengembangkan usaha yang telah mereka miliki,” ujar Usmar.
Kegiatan pemberdayaan ini melibatkan 150 orang warga sekitar ponpes. Total ada 100 orang yang ikut pengelolaan bank sampah dan 20 orang yang mengikuti pelatihan foto dan video.
Sedangkan dalam rangka bakti sosial, juga dibagikan 250 paket sembako untuk para santri dhuafa dan warga kurang mampu di dua RT, yakni RT 03 dan RT 05/RW 02.
“Saya memberikan apresiasi kepada Institusi dari Universitas Paramadina yang menempatkan Kegiatan Pengabdian kepada masyakarat di wilayah Kota Bekasi, tentunya terkait dengan ini kami Pemerintah benar-benar bersikap proaktif dan memberikan dukungan serta manfaat yang saling menguntungkan terutama untuk warga,” kata PJ Walikota Bekasi, Gani Muhamad.
Sementara, pengasuh Ponpes Darul Futuuh, Muhammad Farhan mengungkapkan, akar masalah di wilayah ini adalah kemiskinan.
“Akarnya masalahnya adalah kemiskinan karena minimnya lapangan pekerjaan. Padahal lokasi ini bersebelahan dengan pusat bisnis Summarecon,” ujar Farhan.
Lantaran tidak bekerja, mereka akhirnya tidak mampu membiayai anaknya sekolah.
Farhan mengakui ada SMP negeri yang gratis, tetapi anak-anak sering tidak tembus karena terbentur masalah zonasi.
“Kalau lewat jalur prestasi, agak sulit. Makanya pakai melalui jalur zonasi. Tapi itupun tidak tembus karena beda zonasi, anak-anak di sini sering tidak tembus,” ujar Farhan.
Karenanya ia berharap, pemerintah Kota Bekasi membangun SMP Negeri di wilayah Harapan Mulya lantaran jumlah penduduknya juga sudah semakin padat. Sedangkan SMP dan SMA Negeri tidak ada.
Saat ini menurut data, ada 12 sekolah di wilayah Harapan Mulya. Untuk tingkat SD ada empat sekolah, yaitu tiga SD negeri dan satu SD swasta. Sedangkan SMP ada 7 sekolah, dimana semuanya adalah sekolah swasta.
“Kalau sekolah swasta, kan harus membayar, sedangkan di sini warganya banyak tidak mampu. Akhirnya banyak anak-anak putus sekolah,” pungkas Farhan.
Farhan yakin, jika Pemkot Bekasi mau membangun SMP dan SMA negeri yang dekat wilayah sini, pasti angka putus sekolah akan menurun. (ito)
Load more