Jakarta, tvOnenews.com - Sebuah video yang memperlihatkan cekcok antara dua penumpang di dalam bus Transjakarta viral di media sosial. Peristiwa tersebut dipicu persoalan tempat duduk dan terjadi di rute 7C Cibubur–Cawang–Cililitan pada Sabtu sore sekitar pukul 15.30 WIB.
Dalam video yang beredar, seorang penumpang muda yang duduk di kursi nonprioritas terlibat adu mulut dengan seorang ibu yang berdiri di depannya. Ibu tersebut menilai penumpang muda tidak menghormati orang yang lebih tua karena tidak memberikan tempat duduk.
Sementara itu, penumpang yang merekam video menjelaskan bahwa dirinya sedang tidak dalam kondisi sehat sehingga memilih duduk di kursi umum, bukan kursi prioritas.
Beberapa penumpang lain sempat menawarkan tempat duduk kepada ibu tersebut, namun yang bersangkutan menolak.
Insiden ini menuai beragam komentar dari warganet dan memicu perdebatan terkait etika serta pemahaman fasilitas prioritas di transportasi umum.
Menanggapi kejadian tersebut, Kepala Departemen Humas Transjakarta, Ayu Darmawan, menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan yang dialami pelanggan. Ia menyayangkan adanya konflik antarpelanggan dan berharap kejadian serupa tidak terulang.
Ayu menegaskan bahwa kursi prioritas di bus Transjakarta ditandai dengan warna merah dan diperuntukkan bagi empat kategori penumpang, yakni lansia, ibu hamil, penumpang yang membawa anak atau balita, serta penyandang disabilitas. Sementara kursi nonprioritas dapat digunakan oleh seluruh penumpang.
Ia juga menjelaskan bahwa jumlah kursi prioritas di setiap bus berbeda-beda, tergantung tipe armada. Transjakarta, lanjutnya, secara rutin melakukan sosialisasi melalui pengumuman suara di dalam bus, media sosial, serta petugas di halte.
Terkait kepadatan penumpang, Transjakarta menyebut jumlah armada pada akhir pekan lebih sedikit dibanding hari kerja.
Namun, petugas di halte tetap disiagakan untuk membantu penumpang prioritas mendapatkan tempat duduk apabila diperlukan.
Transjakarta mengimbau seluruh pelanggan untuk saling menghormati dan menjaga kenyamanan bersama, mengingat layanan ini melayani lebih dari 1,4 juta perjalanan setiap harinya.
Manajemen berharap kesadaran dan empati antarpenumpang dapat mencegah terjadinya konflik serupa di kemudian hari.