Sidoarjo, tvOnenews.com - Proses evakuasi korban reruntuhan Pondok Pesantren Al khoziny, Buduran, Sidoarjo, kini memasuki fase lanjutan.
Tim SAR gabungan resmi beralih dari tahap penyelamatan manual menuju pemindahan dengan bantuan alat berat crane, setelah upaya pencarian korban selamat tidak lagi membuahkan hasil.
Kasubdit RPDO (Pengarahan dan Pengendalian Operasi) Bencana dan Kondisi Membahayakan Manusia (KMM) Basarnas, Emi Freezer menjelaskan bahwa keputusan ini diambil setelah melalui serangkaian asesmen dan penggunaan alat deteksi canggih.
Sejumlah perangkat seperti flexible search cam, wall scanner Xaver 400, hingga kombinasi search cam dengan seismic sonar telah digunakan untuk memastikan ada atau tidaknya korban yang masih hidup di balik reruntuhan. Namun, hasilnya nihil.
Evakuasi dengan crane dimulai pada pukul 11.30 WIB, setelah konsolidasi dilakukan antara pimpinan tim SAR, BNPB, pihak pondok pesantren, dan keluarga korban.
Proses ini juga disertai penandatanganan surat pernyataan bersama agar tidak menimbulkan konflik kepentingan di kemudian hari.
Sedikitnya lima unit crane dikerahkan untuk operasi di tiga sektor utama.
Menurut Emi, penggunaan beberapa alat berat dilakukan secara bergantian agar proses evakuasi lebih cepat tanpa mengorbankan aspek keselamatan.
Masa tanggap darurat ditetapkan selama 14 hari berdasarkan keputusan gubernur.
Evaluasi akan dilakukan sebelum masa itu berakhir untuk menentukan apakah operasi ditutup atau diperpanjang.
Hingga kini, tim gabungan yang terdiri dari Basarnas, BNPB, TNI, Polri, serta unsur relawan masih terus bekerja menyingkirkan puing-puing dengan hati-hati, guna mengevakuasi seluruh korban yang masih berada di bawah reruntuhan.