Jakarta, tvOnenews.com - Program Makan Bergizi Gratis ( Mbg) yang digulirkan pemerintah dinilai sebagai langkah mulia untuk meningkatkan kesehatan anak-anak, ibu hamil, dan balita di seluruh Indonesia.
Namun, pelaksanaannya masih membutuhkan pengawasan ketat serta perbaikan pada aspek kualitas, higienitas, dan variasi menu.
Dalam diskusi bersama sejumlah pakar kesehatan dijelaskan bahwa penyusunan menu untuk anak-anak sekolah tidak hanya soal kalori, tetapi juga variasi rupa, rasa, dan warna makanan.
Selain gizi, kualitas penyimpanan dan distribusi makanan menjadi sorotan.
Selain itu, pentingnya penerapan standar keamanan pangan, seperti suhu makanan yang tidak boleh turun di bawah 60 derajat dan waktu konsumsi maksimal empat jam setelah dimasak.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr. Slamet menambahkan, keberhasilan MBG bergantung pada pengawasan berlapis.
Para pakar juga sepakat bahwa kehadiran ahli gizi penting untuk mendukung pelaksanaan MBG, terutama dalam mengawasi dapur Sppg (Sentra Penyediaan Pangan Gizi).
Namun, keterbatasan sumber daya membuat opsi realistis adalah menugaskan satu ahli gizi membawahi beberapa SPPG dalam satu wilayah.
Terkait variasi menu, para dokter menilai makanan lokal sebaiknya tetap menjadi prioritas.
Meski demikian, sesekali menu populer seperti burger atau mie bisa disajikan asalkan memenuhi kecukupan gizi.