Jakarta, tvOnenews.com - Publik dikejutkan oleh penculikan dan Pembunuhan sadis terhadap Muhammad Ilham Pradipta (37), Kepala Cabang salah satu bank BUMN di Jakarta.
Kasus yang berlangsung cepat, mulai dari penculikan di area publik hingga penemuan jasad korban dalam kondisi mengenaskan, membuka tabir kejahatan terorganisir yang masih menyimpan misteri besar, siapa dalangnya dan apa motif sebenarnya?
Peristiwa ini bermula pada Rabu, (20/8/2026) , sekitar pukul 17.30 WIB, ketika kamera CCTV di sebuah pusat perbelanjaan di Jalan TB Simatupang, Pasar Rebo, merekam detik-detik penculikan.
Tiga pria turun dari sebuah minibus putih dan menghadang Ilham yang baru saja hendak masuk ke mobilnya. Dalam hitungan detik, korban dipaksa masuk ke mobil tersebut tanpa sempat meminta bantuan.
Sehari kemudian, pada Kamis pagi, warga Desa Sukamahi, Kabupaten Bekasi, menemukan jasad seorang pria di area persawahan. Tubuhnya terikat, mata ditutup lakban, dan terdapat luka akibat benda tumpul.
Belakangan, korban dipastikan adalah Ilham. Hasil autopsi dari RS Polri menunjukkan bahwa ia meninggal akibat asfiksia atau kekurangan oksigen, sebuah indikasi kuat bahwa korban disiksa sebelum akhirnya dibunuh.
Polisi bergerak cepat. Subdit Resmob Ditreskrimum Polda Metro Jaya berhasil menangkap empat orang yang diduga terlibat.
Tiga orang ditangkap di kawasan Johar Baru, Jakarta Pusat, sementara satu lainnya berhasil diamankan di Bandara Komodo, Labuan Bajo, NTT, ketika mencoba melarikan diri.
Namun, meski para eksekutor lapangan sudah tertangkap, pihak kepolisian menegaskan bahwa otak perencana pembunuhan ini masih buron.
Kapolda Metro Jaya bahkan menyebut adanya indikasi keterlibatan “aktor besar” yang berada di balik layar, menyuruh dan mengendalikan para pelaku.
Kriminolog Universitas Indonesia, Hanifah Hasna, menilai kasus ini memperlihatkan pola khas kejahatan terorganisir.
Menurutnya, penculikan di tempat publik dan penemuan jasad di area terbuka menunjukkan adanya pesan yang ingin ditinggalkan, bukan sekadar pembunuhan sembunyi-sembunyi.
Motif pembunuhan pun masih menjadi teka-teki. Aparat tengah mendalami beberapa kemungkinan. Motif finansial menjadi dugaan paling kuat, mengingat posisi Ilham yang berwenang atas kredit bernilai besar di bank BUMN.
Ada spekulasi bahwa kasus ini berkaitan dengan kredit macet atau penolakan pinjaman yang melibatkan pihak-pihak berpengaruh. Di sisi lain, persaingan internal jabatan strategis di lingkungan perbankan juga tidak bisa dikesampingkan, sebab intrik semacam itu kerap menimbulkan gesekan yang berujung pada kekerasan.
Namun, hasil autopsi yang menunjukkan adanya penyiksaan sebelum korban tewas juga membuka dugaan lain, yakni adanya dendam pribadi terhadap Ilham.
Masyarakat sekitar tempat persembunyian para pelaku di Johar Baru juga dibuat terkejut. Ketua RT setempat mengaku bahwa para pelaku justru dikenal ramah dan sopan di lingkungan.
Fenomena ini memperkuat analisis kriminolog bahwa para pelaku hanyalah prajurit bayaran, bukan dalang sebenarnya. Orang-orang seperti ini biasanya direkrut dari jaringan kriminal, diberi imbalan, dan ditugaskan menjalankan aksi eksekusi di lapangan.
Kini polisi menelusuri aliran dana untuk membongkar peran aktor besar di balik kasus ini. Informasi awal menyebut adanya pembayaran tunai dalam jumlah signifikan yang sengaja dilakukan untuk memutus jejak digital.
Penyelidik juga menemukan penggunaan aplikasi pesan terenkripsi oleh para pelaku, sebuah taktik yang lazim digunakan dalam jaringan kejahatan terorganisir.
Sumber internal bahkan menyebut, ada dugaan kuat dalang berasal dari lingkaran bisnis besar yang merasa terganggu oleh keputusan-keputusan korban di bank. Meski begitu, semua masih memerlukan pembuktian hukum.
Keluarga korban kini menuntut keadilan. Istri Ilham, dengan suara bergetar, meminta agar polisi tidak hanya berhenti pada para pelaku lapangan. Dukungan publik pun terus mengalir. Beberapa LSM mulai menyoroti kemungkinan adanya sponsor besar yang berusaha mengaburkan jejak kasus ini.