Layu Sebelum Berkembang, Pemain-pemain yang Digadang Bakal jadi Bintang Timnas Indonesia ini Pernah Sampau Ngadu Nasib di Luar Negeri tapi Berujung Melempem
- VIVA/Vanfutbol
Jakarta, tvOnenews.com – Bermain di kompetisi Eropa adalah mimpi sebagian besar pesepak bola dunia, tak terkecuali para pemain Indonesia.
Dengan sistem kompetisi yang tertata, popularitas tinggi, hingga gaji menggiurkan, wajar bila banyak pemain Tanah Air berusaha menembus panggung sepak bola Benua Biru.
Dari era Kurniawan Dwi Yulianto dan Bambang Pamungkas, hingga generasi Egy Maulana Vikri dan Witan Sulaeman, sejumlah pemain Indonesia sempat merumput di Eropa.
- Dewa United
Namun masalah klasik selalu muncul: minimnya menit bermain, yang akhirnya memaksa mereka kembali ke Liga Indonesia.
Lalu apa penyebab utama pemain Indonesia sulit bersaing di klub Eropa?
Menurut agen pemain sepak bola Gabriel Budi, faktor terbesar adalah tuntutan kualitas. Pemain Indonesia yang merantau ke luar negeri otomatis berstatus pemain asing.
Klub Eropa berharap pemain asing harus lebih baik dari pemain lokal. Jika tidak menawarkan kualitas spesial, klub tentu tak memiliki alasan untuk memberi kesempatan tampil.
Skill dasar, pemahaman taktik, hingga kemampuan bekerja dalam sistem tim menjadi hal wajib.
Pemain dengan kemampuan “tanggung” akan cepat tersingkir karena harus bersaing bukan hanya dengan pemain lokal, tapi juga pemain asing dari berbagai negara lain.
Faktor lain yang disorot adalah fisik dan daya tahan. Pertandingan Eropa dikenal memiliki intensitas tinggi. Para pemain mampu berlari tanpa henti selama 90 menit penuh, bahkan hingga perpanjangan waktu.
Sebaliknya, rata-rata pemain Indonesia hanya mampu tampil maksimal 60–70 menit, sebelum mulai kehilangan konsentrasi dan tenaga.
- tvOnenews.com/Ilham Giovani Pratama
Perbedaan ini disebabkan oleh pola latihan, nutrisi, dan gaya hidup. Masih ditemukan pemain profesional Tanah Air yang mengonsumsi makanan berminyak dan rendah gizi, sesuatu yang tabu bagi atlet Eropa.
Masalah lain adalah adaptasi budaya, cuaca, dan bahasa. Pemain Indonesia terbiasa bermain di iklim panas, sehingga kesulitan tampil prima di cuaca dingin Eropa.
Belum lagi hambatan komunikasi karena banyak pemain yang tidak menguasai bahasa Inggris atau bahasa lokal.
Load more