Jakarta, tvOnenews.com - PSSI menyampaikan hasil keputusan bersama sarasehan sepak bola Indonesia dalam konferensi pers, di GBK Arena, Jakarta, Minggu (5/3/2023). Salah satu poinnya adalah menghentikan Liga 2 musim ini, dan akan dilanjutkan kembali pada November 2023 sampai Juni 2024.
Pengamat sepak bola Indonesia, Mohamad Kusnaeni, menilai sikap PSSI kurang bijak karena menghentikan kompetisi Liga 2 musim ini. Keputusan tersebut sangat disayangkan terjadi di bawah kepemimpinan Ketua Umum PSSI terpilih, Erick Thohir.
Sosok yang akrab disapa Bung Kus itu menilai Liga 2 harus tetap dituntaskan. Tujuannya agar tetap ada sistem promosi dan degradasi, demi menjaga iklim sepak bola Indonesia yang sehat.
"Keputusan tidak melanjutkan Liga 2 memang mengecewakan. Sangat disayangkan pengurus baru memulai eranya dengan kebijakan yang kontraproduktif dan terkesan kurang bijak," kata Kusnaeni tvOnenews.com, Minggu (5/3/2023).
"Bagaimanapun Liga 2 dan Liga 3 seharusnya dilanjutkan sampai tuntas untuk menjaga ekosistem kompetisi yang sehat. Kalau perlu, dilanjutkan dengan format yang disederhanakan, yang penting selesai dan menghasilkan tim promosi sehingga dari Liga 1 ada yang terdegradasi," jelasnya.
Penghentian Liga 2 justru membuat Liga 1 terkesan hanya sebagai formalitas dalam kompetisi bagi klub-klub yang sudah tidak mempunyai peluang juara.
"Tanpa kelanjutan Liga 2 jelas mencederai Marwah kompetisi. Khususnya Liga 1 yang sekarang terkesan jadi kompetisi formalitas bagi 13-14 tim yang tidak lagi punya peluang juara," ujarnya.
Kusnaeni mengatakan kepengurusan PSSI yang baru telah gagal menepati janjinya untuk tetap melanjutkan Liga 2 dan Liga 3, seperti apa yang disampaikan Erick Thohir dalam Kongres Luar Biasa.
"Kegagalan pengurus melanjutkan Liga 2 juga memberi kesan PSSI dan operator melihat persoalan kompetisi terlalu berat ke aspek finansial. Padahal banyak aspek lain yang seharusnya juga dipertimbangkan," tambahnya.
Penghentian Liga 2 juga menimbulkan kerugian besar bagi kompetisi yang bisa saja membuat sponsor kecewa dan kehilangan kepercayaan untuk membantu di musim-musim selanjutnya.
"Juga perlu dicatat, kegagalan melanjutkan kompetisi merusak kredibilitas dan integritas kompetisi. Para sponsor jadi kecewa dan mungkin kehilangan kepercayaan jika diajak kembali berpartisipasi membantu mensponsori kompetisi pada musim-musim selanjutnya," tandasnya. (hsn/mir)
Load more