Misi Ambisius China Jadi Kekuatan Elite Sepak Bola Meski Sempat Dikalahkan Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026
- AFC
Jakarta, tvOnenews.com – Pemerintah China dan para pelaku sepak bola Negeri Tirai Bambu punya ambisi besar: membawa Team Dragon menjadi kekuatan elite dunia pada tahun 2050.
Kekalahan 0-1 dari Timnas Indonesia di Stadion Utama Gelora Bung Karno tak hanya menggagalkan langkah China ke Piala Dunia 2026, tetapi juga memperpanjang rekor buruk mereka sejak penampilan perdana di Piala Dunia 2002.
Ini menjadi kegagalan keenam berturut-turut timnas China untuk menembus ajang empat tahunan tersebut. Pertanyaan besar pun kembali mengemuka: mengapa negara sebesar China, yang begitu dominan di banyak cabang olahraga, justru tertinggal di dunia sepak bola?
- tvOnenews.com/Taufik Hidayat
Â
Padahal, China memiliki sejarah panjang dalam olahraga ini. FIFA pada 2004 bahkan mengakui bahwa cuju, permainan bola asal China yang telah berusia lebih dari dua milenium, merupakan salah satu cikal bakal sepak bola modern.
Dengan warisan budaya tersebut, China jelas bukan negara tanpa tradisi sepak bola. Namun, prestasi di lapangan hijau tak sejalan dengan reputasi mereka di kancah internasional.
Pemerintah China menyadari hal ini dan telah merancang strategi besar untuk membalik keadaan.
Pada 2015, China merilis rencana reformasi sepak bola nasional yang ambisius melalui Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional (NDRC).
Target utamanya adalah menjadikan China sebagai kekuatan elite sepak bola dunia pada 2050.
Dalam pandangan pemerintah, kejayaan di olahraga paling populer di dunia ini menjadi simbol penting dari kemajuan dan status global China.
Sebagai negara dengan pencapaian luar biasa di bidang infrastruktur, teknologi, hingga eksplorasi luar angkasa, ambisi China di sepak bola bukanlah angan kosong.
- PSSI
Â
Tembok Besar, Bendungan Tiga Ngarai, hingga program luar angkasa mereka menjadi bukti nyata kemampuan dan sumber daya yang mereka miliki untuk mewujudkan visi jangka panjang.
China bahkan telah mengangkat lebih dari 800 juta warganya keluar dari kemiskinan ekstrem. Kini, mereka siap mengucurkan dukungan besar—termasuk finansial—untuk sektor olahraga, khususnya sepak bola.
Salah satu pilar utama strategi ini adalah pembangunan antara 16 hingga 18 kota sepak bola hingga tahun 2025.
Setiap kota harus memiliki setidaknya dua klub profesional, satu pusat pelatihan nasional untuk pemain muda, dan berbagai fasilitas pelatihan lokal.
Targetnya, setengah dari jumlah pelajar di kota-kota tersebut harus aktif dalam sepak bola, dengan rasio minimal satu lapangan untuk setiap 10.000 penduduk.
Tak hanya itu, pemerintah juga memberi subsidi besar untuk pembangunan lapangan. Lapangan berukuran penuh (11 lawan 11) mendapat subsidi hingga dua juta yuan per unit.
- REUTERS/Go Nakamura
Â
Pada 2020, China bahkan dilaporkan telah membangun lebih dari 27.000 lapangan sepak bola—melampaui target awal.
Komitmen serius pemerintah juga terlihat dalam upaya memberantas korupsi di dunia sepak bola.
Mantan Presiden Asosiasi Sepak Bola China, Chen Xuyuan, dan mantan Sekretaris Jenderal Liu Yi dijatuhi hukuman penjara akibat kasus suap—langkah yang menunjukkan upaya negara dalam menata ulang fondasi olahraga ini.
Namun, seperti halnya sepak bola yang merupakan permainan tim, kesuksesan tak bisa dicapai hanya dari satu pihak.
Dibutuhkan kerja sama solid antara semua pemangku kepentingan: federasi, pemerintah daerah, sekolah, klub, dan tentu saja masyarakat.
Dengan waktu 25 tahun tersisa menuju 2050, proyek besar China untuk bangkit di kancah sepak bola global masih memiliki jalan panjang.
Tapi satu hal yang pasti, kegagalan demi kegagalan tidak akan menghentikan langkah mereka untuk menjadi kekuatan baru di dunia si kulit bundar.
(sub)
Load more