Indonesia dan Singapura: Menguatkan Arsitektur Ekonomi Baru ASEAN
- Istimewa
tvOnenews.com-Forum “Indonesia’s Strategic Role in Transformation for Investment and Trade” di Singapura pada 30 Oktober 2025 memperlihatkan bagaimana Indonesia kini tampil sebagai poros utama dalam membentuk arah baru ekonomi kawasan. Dalam suasana pasca-pandemi, ketika geopolitik global semakin terfragmentasi, Indonesia menunjukkan bahwa kepemimpinan ekonomi tidak selalu ditentukan oleh kekuatan besar (great powers), melainkan oleh negara-negara menengah (middle power countries) yang mampu menjembatani kepentingan global dan regional.
Konektivitas Baru dalam Era Transformasi
Perdagangan dunia tengah mengalami pergeseran mendasar: dari rantai pasok global yang panjang menuju jaringan regional yang lebih tangguh dan terintegrasi.
Dalam konteks ini, Indonesia dan Singapura memiliki hubungan yang saling melengkapi — Singapura sebagai financial and logistics hub dunia, sementara Indonesia sebagai pusat industri, sumber daya, dan pasar besar dengan momentum transformasi hijau serta digital yang cepat.
Seperti disampaikan oleh Billy Anugrah, Atase Perdagangan RI di Singapura, Indonesia kini telah aktif membangun lebih dari 20 perjanjian perdagangan bebas dan komprehensif (FTA/CEPA) dengan berbagai negara dan blok ekonomi dalam satu dekade terakhir .
Namun demikian, arus perdagangan intra-ASEAN masih tertahan di bawah 20% dari total perdagangan kawasan — memperlihatkan masih lebarnya kesenjangan konektivitas dan standar antarnegara.
Melalui Leaders’ Retreat Indonesia–Singapura 2025, kedua negara menyepakati 19 perjanjian strategis yang menandai era baru kerja sama: mulai dari penyederhanaan perdagangan lintas batas, integrasi ASEAN Single Window, hingga penguatan kawasan Batam–Bintan–Karimun sebagai pusat manufaktur dan logistik terpadu .
Langkah ini mencerminkan visi bersama bahwa ASEAN harus bergerak dari sekadar kawasan perdagangan bebas menjadi kawasan value integration.
Transformasi Logistik dan Energi: Momentum Investasi yang Nyata
Dalam presentasinya, Andria Buchara, Direktur IIPC Singapura, menyoroti bagaimana Indonesia kini menjadi magnet utama investasi berkat reformasi struktural, hilirisasi industri, dan kebijakan energi berkelanjutan.
Pemerintah menargetkan 76% penambahan kapasitas listrik baru pada 2025–2034 berasal dari energi terbarukan (EBT), membuka peluang investasi besar di sektor baterai kendaraan listrik, panel surya, dan ekosistem energi hijau .
Load more