ASEAN Summit dan Keresahan Oppenheimer
- tim tvonenews
Kita tahu kedua negara itu terus memodernisasi dan memperluas pengembangan senjata nuklir. Masing masing mengembangkan sistem pengiriman yang lebih canggih (rudal balistik, rudal jelajah, kemampuan nuclear triad seperti kapal selam nuklir). Ini menciptakan spiral keamanan yang mahal dan berbahaya, setiap peningkatan kemampuan satu pihak dianggap sebagai ancaman oleh pihak lain.
Andai saja pemimpin kedua negara itu tergoda menggunakan sebagian kecil dari nuklirnya, dampaknya menjadi bencana tak hanya bagi Delhi, Mumbai, Lahore, dan Karachi yang berpenduduk padat, tapi juga dapat memicu "musim dingin nuklir regional." Abu dan jelaga dari kebakaran kota-kota yang hancur akan naik ke atmosfer, menghalangi sinar matahari, menyebabkan penurunan suhu global, mengganggu pola cuaca, dan menghancurkan pertanian di seluruh dunia, yang berujung pada kelaparan global yang masif.
Kita bersyukur ada di kawasan geopolitik yang jauh dari konflik semacam itu. Meskipun tidak ada negara di Asia Tenggara yang menjadi target langsung bom atom, ASEAN saya kira ikut merasakan dampak mengerikan dari Perang Dunia II. Ini menciptakan ingatan kolektif tentang kekuatan destruktif senjata nuklir.
ASEAN kita tahu sampai saat ini cukup konsisten. Sejak pembentukan ASEAN, negara anggota tetap patuh pada deklarasi ZOPFAN (Zone of Peace, Freedom and Neutrality) yang dicetuskan 1971. Ada komitmen kuat dari pemimpin bangsa di ASEAN untuk menjauhkan Asia Tenggara dari persaingan kekuatan besar dan ancaman senjata pemusnah massal.
ASEAN juga memiliki Traktat Bangkok (SEANWFZ), ditandatangani pada 1995, yang jadi bukti nyata dari tekad kolektif regional untuk tidak memiliki, memproduksi, atau mengizinkan penempatan senjata nuklir di wilayah ASEAN. Saya kira ini ini menciptakan rasa aman kolektif dan menunjukkan keinginan kuat untuk menjadi kawasan yang stabil dan damai.
- ANTARA
Negara-negara ASEAN, terutama Indonesia dan Malaysia, secara konsisten juga menyerukan perlucutan senjata nuklir di tingkat global dan forum internasional seperti PBB, menunjukkan ingatan kolektif tentang bahaya nuklir tetap menjadi pemersatu kawasan.
Load more