Akankah Lahir Escobar van Gorontalo?
- Wikipedia/Instagram @gorontaloculture
Pengaruh Ternate dan Gowa diserap dalam struktur sosial dan politik. Saat Islam datang kali pertama melalui Ternate langsung dikodifikasi ke dalam adat, juga dalam politik. Tak heran jika kemudian Buya Hamka menjuluki Gorontalo sebagai Serambi Madinah. Islam telah menjadi satu kesatuan dengan adat istiadat – hal ini bahkan berbeda dengan di Jawa maupun Bugis. Belanda yang datang kemudian, memengaruhi nama-nama orang Gorontalo serta menyerap pendidikan modern.
Dengan semua kombinasi itu lahirlah peradaban Gorontalo yang kukuh. Karena itu Gorontalo banyak menyumbang para pioneer bagi kemajuan Indonesia, sebagai the land of pioneers (baca tulisan saya sebelumnya).
Hanya saja, setelah merdeka, Gorontalo hanya menjadi satelit Manado yang membuat Gorontalo susah berkembang. Karena itu, momentum reformasi dimanfaatkan para tokohnya untuk menjadikan Gorontalo sebagai daerah otonom tersendiri. Dalam 10 tahun pertama Gorontalo melejit.
Jumlah penduduk miskin berkurang drastis. Pendapatan per kapita juga naik. Namun dalam 10 tahun berikutnya terjadi distraksi akibat politik esktraktif oleh elite oligarkis. Kini, Gorontalo sedang memasuki tahap yang membahayakan jika politik boneka berhasil menancapkan kukunya.
Politik oligarkis itu jelas aktornya. Karena dia tampil sendiri dan menjadi pelakunya. Sedangkan politik boneka menyembunyikan pelaku sejatinya. Ia seperti burung nasar yang menyambar sesekali untuk melahap santapannya. Seperti Al Capone dan Escobar yang mengendalikan para pejabat di Medellin dan Chicago dari balik layar.
Kejahatan paling parah adalah kejahatan kekuasaan. Karena ia akan merusak semua sendi kehidupan. Karena itu dalam ajaran agama, bagi penguasa yang bijak balasannya adalah surga terbaik. Namun bagi penguasa khianat akan berbalas di kerak neraka. Apakah yang lainnya cuma menjadi buih? Semestinya tidak.
Olongia tak akan bisa mewujudkan gagasannya tanpa ada wali-wali, jogugu, katibia, bate-bate, bobato, tuwango lipu, bahkan jika tanpa wato. Struktur kekuasaan Gorontalo di masa lalu mengajarkan tentang kesetaraan yang cukup baik. Apakah generasi abad ke-21 Gorontalo menyadari kebesaran para pendahulunya? (*)
Penulis: Nasihin Masha - Wartawan Senior
Disclaimer: Artikel ini telah melalui proses editing yang dipandang perlu sesuai kebijakan redaksi tvOnenews.com. Namun demikian, seluruh isi dan materi artikel opini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.
Load more