SETIAP Agustus seperti datang dengan pesan, kita tidak boleh bosan mencintai Indonesia. Bersamaan dengan doa-doa dan rasa syukur yang dipanjatkan dari pelosok desa desa di seantero tanah air dengan melabur gapura di depan kampung, memasang hiasan merah putih seadanya (mungkin dari sisa botol minuman kemasan yang atau dari kumpulan sedotan yang dirangkai) dan menggelar aneka lomba, sebuah istana megah juga baru didirikan.
Seorang pematung, Nyoman Nuarta, ditunjuk untuk membantu mewujudkan keinginan Presiden untuk segera pindah dari Jakarta menempati istana negara yang baru. Nyoman dianggap berhasil memujudkan Patung Garuda Wisnu Kencana di Bali yang kini jadi lanskap, tetenger, penanda baru Pulau Dewata. Nyoman juga ada di balik sejumlah patung ikonik yang biasanya dipesan oleh taipan-taipan real estate. Biasanya bentuknya gigantik, raksasa. Berbahan logam yang dicor cukup rumit. Di Jakarta ada karya Nyoman yang cukup menarik perhatian. Lokasi persis di ujung jalan MH Thamrin dan Medan Merdeka: Patung Arjuna Wiwaha.
Karena reaksi kimia alam yang belum sempurna, ribuan bilah bilah raksasa yang didesain meniru kepakan Burung Garuda itu kini masih berwarna hitam mengesankan magis. Kelak dijamin akan berwarna hijau senada dengan konsep IKN sebagai Ibu Kota dengan konsep forest city dan ramah energy terbarukan.
Sejumlah pesohor tanah air pun sudah diundang menyaksikan kemegahan ikon baru Kalimantan Timur ini. Mereka hilir mudik mengambil foto foto dari sudut paling indah, instagramable, cuap-cuap membuat vlog, video dan reels untuk diunggah di kanal-kanal media sosialnya masing masing.
Singkatnya, ini anugerah besar, sebuah Ibu Kota baru yang tadinya hanya dianggankan, kini sudah terlihat wujud fisiknya: megah, bersih dan kinclong.
Untuk mengenalkan istana anyar ini, biaya upacara HUT ke 79 RI juga melonjak. Untuk menggelar acara di dua lokasi, Jakarta dan Kalimantan Timur, Direktur Jenderal Anggaran Negara di Kementerian Keuangan Negara (Kemenkeu) Isa Rachmatarwata menyebut menggelontorkan dana sebesar Rp 87 miliar atau membengkak hingga Rp 34 miliar dari tahun sebelumnya yang hanya menghabiskan anggaran Rp 53 miliar (2023). Tak apa apa, ada kearifan lokal Jawa yang menyebut jer basuki mawa beya, setiap keinginan dan cita cita tinggi tentu membutuhkan biaya besar.
Load more