SEBAGAI pewarta saya hidup dalam kepungan peristiwa peristiwa. Ada peristiwa-peristiwa biasa, yang segera akan hilang dari ingatan publik. Peristiwa yang sifatnya sehari, kabar yang hanya akan datang dan pergi begitu saja.
Peristiwa manuver elit politik setelah Mahkamah Konstitusi mengetuk putusan atas perselisihan Hasil Pemilu 2024 pekan lalu misalnya adalah peristiwa yang bersifat berita sehari. Ia akan segera hilang dari ingatan publik. Dibaca, setelah itu dilupakan.
Namun, ada peristiwa yang sifatnya bersejarah. Ia merupakan capaian bangsa yang belum tentu terulang dalam kurun seratus tahun ke depan. Peristiwa yang akan dikenang dalam ingatan kolektif seluruh warga bangsa, diulang ulang diceritakan sebagai epos heroik yang membanggakan.
Kisah perjuangan Timnas Indonesia U-23 di babak perempat final Piala Asia U-23 di Qatar, Jumat (26/04/2024) ketika menaklukan raksasa sepak bola Asia, Korea Selatan lewat drama adu pinalti yang dramatis adalah peristiwa bersejarah yang belum tentu bakal berulang seratus tahun sekali.
Ketika menyaksikan drama itu selesai, entah kenapa mata saya tiba tiba menghangat. Apalagi ketika lagu-lagu nasional, seperti Indonesia Raya atau Tanah Airku dinyanyikan bersama dengan gagah oleh pemain dan supporter yang terus menerus bersorak hingga akhir laga.
Saya benar-benar merasa jadi bagian sebuah bangsa yang tengah berikhtiar menciptakan sejarah baru di lapangan hijau.
Load more